Selang setahun kemudian giliran kaum perempuan beremansipasi. Setelah berhasil menundukkan Everest pada 2001, pendaki perempuan Spanyol Edurne Pasaban saban tahun menggenapi 13 gunung sisanya. Ekspedisi Pasaban berakhir di Shishapangma pada 2010. Jadi makan tempo sembilan tahun.Â
Proyek perempuan 48 tahun ini tergolong kilat. Dalam setahun kadang ia tuntaskan dua gunung sekaligus. Bahkan ia membuat "trio macan" bersama dua pendaki perempuan lainnya. Pertama, Gerlinde Kaltenbrunner, pendaki Austria berusia 50 tahun. Kedua, Nives Meroi, pendaki usia 60 tahun kelahiran Italia.Â
Cuma Kaltenbrunner lebih dulu memulai pada 1998 di Cho Oyu dan menuntaskan misi di K2 pada 2011. Alias perlu 13 tahun. Sementara pendakian Meroi agak kurang mulus.Â
Start tahun 1994 menuju K2 dan gagal (kelak pendakian K2 ia bayar tuntas pada 2006). Juga tak berhasil mencapai Everest di 1996, yang ia balas dendam 10 tahun kemudian. Karena itu tak heran jika Meroi menghabiskan waktu total13 tahun hingga berakhir di Annapurna (2017).Â
Sisanya sebanyak 37 pendaki adalah para lelaki yang sukses sebagai pendaki 14 puncak 8.000-an. Catatan ini sampai tahun 2018. Setelah itu tidak ada lagi tambahan.
Kalau dirinci rata-rata didominasi oleh pendaki Eropa. Lebih dari separuhnya. Pendaki Asia ikut memberi kontribusi, yaitu dari Korea, Iran, Jepang ,dan Kazakhstan. Ada pula dari benua Amerika, dari Amerika Serikat, Meksiko, dan Ekuador. Nepal juga mencatatkan dua pendaki sherpanya.
Namun, di mata pendaki muda Nepal bernama Nirmal Purja atau Nimsdai Purja, pendakian 14 puncak oleh seniornya bernama Mingma Sherpa dan Chhang Dawa Sherpa adalah berkat menjadi pemandu. Bukan melalui sebuah ekspedisi yang digagas sendiri oleh anak bangsanya. Sudah begitu juga makan waktu tahunan, sampai 12 kali tahun baru.
Di benak Nirmal alias Nims yang serdadu tentara Gurkha muncul pemikiran sudah seharusnya pendaki-pendaki Nepal mandiri dan membuat ekspedisi sendiri. Mereka harus menjadi "news maker" sederajat dengan bangsa barat ketika pulang dari pendakian yang seringkali bombastis bahkan disebut pahlawan.
Secara fisik, masyarakat Nepal adalah orang-orang yang memiliki lebih dari 30 gen yang cocok hidup di dataran tinggi. Sejumlah peneliti menyebut Sherpa punya gen superatlet yang mengatur produksi haemoglobin tubuh hingga efisien dalam menggunakan oksigen.
Secara teknis, kemampuan mendaki mereka telah ditempa lama oleh alam. Bahkan dalam kemampuan manajemen pendakian, mereka terlatih menjadi penolong khususnya untuk high altitude accident and emergency.
Secara intelektual, warga Nepal telah mengenyam pendidikan tinggi. Kakak Nims adalah sarjana. Kemampuan penguasaan bahasa asing juga tak diragukan. Termasuk tentu saja kapabilitas membangun jaringan dan koneksi dengan pihak luar.