Mohon tunggu...
Andoko Akbar Nugroho
Andoko Akbar Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Simpel

Plesiran adalah cara termudah untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Aku dan si Ibu

31 Oktober 2021   06:00 Diperbarui: 31 Oktober 2021   07:11 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mas tolong sekali lagi, antarkan saya ke belakang masjid karena rumah saya berada disitu" pinta si ibu. 

Aduh apalagi ini fikirku seketika terlintas. Agar cepat misiku untuk mengantarkan si ibu tersebut, yasudahlah aku antarkan permintaannya. Terlihat ada beberapa kontrakan kecil dan sangat padat, bisa dikatakan kurang layak untuk dihuni.

 Dalam kejauhan ku melihat seorang remaja putri, seakan menunggu seseorang. Benar saja remaja putri dengan mengenakan baju putih, rambut panjang hitam sebahu dengan kulit kuning langsatnya tersebut adalah anak dari si ibu yang telah ku antarkan. 

"Mas makasih ya sudah mengantarkan ibu saya dengan selamat, karena orderan saya selalu dibatalkan ketika saya meminta tolong mengantarkan ibu saya, saat mengetahui ibu saya tuna netra" tutur remaja putri itu dengan mata yang berkaca-kaca.

 Terketuk hatiku mendengar perkataannya, "iya mba sama-sama" sahutku. 

"Ini mas ongkosnya" sambil menyodorkan selembar uang lima ribuan kepadaku. Aku tolak uang tersebut 

"udah mba saya ikhlas" dengan cepat aku pergi dari tempat tersebut tepat di belakang masjid al barkah berwarna hijau.

 Menuju ke rumah selekas itu karena memang hari sudah sangat pagi sekitar pukul 06.00. Namun dalam perjalanan aku selalu terbayang-bayang dengan kejadian yang ku alami, betapa bersyukurnya si ibu tersebut mempunyai anak yang sungguh perhatian dan sayang kepadanya. 

Hingga saat ini setelah beberapa tahun berlalu telah ku ganti lampu belakang yang pecah dan hancur, namun tetap ku biarkan body motor ku rusak dan patah pertanda sejarah bagiku. 

Terima kasih telah mengajariku menjadi manusia yang lebih bersyukur dan untuk yang terakhir ku katatan mohon maaf perkataanku kurang enak untuk didengar.

 Kau juga ibu ku wahai penghuni belakang masjid al barkah berwana hijau. Terima kasih ibu, ibu terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun