Ilustrasi: emaze.com
Cahaya mentari Sabtu siang itu cukup menyengat kulit. Beberapa orang dengan setelan jas mewah lebih memilih ngadem di dalam mobil mereka yang ber-AC. Di depan sebuah Kantor Kelurahan—satu bagian dari kawasan Jakarta Barat.
Beberapa orang mengantre, dan itu cukup panjang, dengan segala keperluan mereka. Memperpanjang KTP, membuat Kartu Keluarga yang mungkin saja telah lahir bayi dalam keluarga kecil salah satu dari mereka. Pun, sejuta keperluan lainnya.
Tidak ada yang istimewa, semua diperlakukan sama. Sebagaimana pamflet yang tertempel di kedua sisi dinding kaca dari pintu masuk kantor tersebut.
Zero Complaint, Zero Delay, 100 % Excellent Service.
Seorang pria kisaran 40 tahun mengamuk di depan pintu masuk, dua orang Petugas Piket menahan si pria.
“Kurang ajar banget, kalian!” maki pria itu. “Saya ini lagi buru-buru, banyak urusan saya yang lebih penting—Hei…! Jauhkan tanganmu, bangsat!” segala serapah bermuncratan berikut dengan liur yang kekeringan karena sengatan mentari.
“Pak,” sahut seorang petugas. “Mohon untuk memelankan suaranya. Kasihan, yang lain jadi terganggu.”
“Bodo amat!” dengus si pria semakin berang. “Kalian minta duit berapa, haa? Berapa?!”
“Maaf, Pak,” sahut petugas kedua. “Tidak ada duit yang harus keluar di sini. Kecuali, kedisiplinan. Aturan!” dan ia hampir-hampir tak sanggup menahan marahnya sendiri.
“Sudah saya bilang,” desak pria tersebut. “Saya ini sedang buru-buru. Ngerti gak sih, kalian, haa…!?”