Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tidurlah Nak Tidurlah Sayang

15 April 2016   13:23 Diperbarui: 15 April 2016   17:04 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: Dendang Pengantar Tidur Si Buyung Kelaparan - by; Klik Fotografi Kompas."][/caption]

Tak lelo… lelo-lelo ledhung

Cup menengo ojo pijer nangis

Anakku sing bagus rupane

Yen nangis ndhak ilang baguse…

 

Tidurlah Anak, tidurlah Sayang… jangan pikirkan hari yang beranjak petang. Usah risau menunggu Ayahmu pulang, berharap membawa nasi di dalam gantang. Tidurlah Nak, tidurlah Sayang. Agar tiada terasa melilit perutmu yang kembung meradang.

Tidurlah Nak, tidurlah intan. Dengarkanlah pada suara lantunan. Kudendangkan kunyanyikan. Berteman biola tua pengantar pesan. Rebahkan kepalamu dalam pangkuan, pejamkan mata kaupejamkan. Biarkan lapar terbiasakan.

 

Tak gadhang biso urip mulyo

Dadiyo satriyo utomo

Ngluhurke asmane wong tuwo

Dadiyo pendekar ing bongso…

 

Dengarlah Nak, dengarlah Sayang. Perubahan dunia yang membuat aku kamu kita tercengang. Tak sampai hati kubisikkan masa kecilku dulu lebih tenang. Tiada kesusahan dalam alam yang terkembang. Di balik bebatuan air tergenang, masih kautemukan kepiting dan udang. Di antara pepohonan hijau merindang, tak akan kelaparan pada kasih alam terhidang.

Mungkin kerakusan mengundang bala. Menjemput kebodohan bernama bencana. Hingga alam kian merana, Bumi pula kian tersiksa, seperti aku kamu dan kita semua. Terlupakan waktu di sisa masa.

Kini aku sudah tua renta, Ayahmu pula bukan siapa-siapa. Panggul dorong kerja menghela, penat tubuh keringat kering percuma. Tak berpadan tiada pula sama. Lembar didapat terbuang saat itu juga.

 

Wis cup menengo Anakku

Kae mbulane ndadari

Koyo Buto nggegilani

Lagi nggoleki cah nangis…

 

Jangan menangis jangan kausedih. Cukupkan sudah hati yang perih. Sebab banyak kepala-kepala yang tiada risih, meski ratapmu pilu mendidih. Seperti Buto Ijo yang tak kenal kasih, ke mana melangkah kaki menindih. Kau aku dan kita yang masih, akan menyingkir dalam derap mereka yang gigih. Tersisih.

Doaku sama dengan doa mereka. Jadilah manusia berhati dewa mulia. Jangan menunggu uluran tangan lakukan apa yang kaubisa. Tiada kuumpikan kaumenjadi pemimpin dunia, cukuplah sudah bila kaumenjadi insan berharga. Tanpa paksaan tanpa dusta. Sedikit terangkat, marwah keluarga.

 

Tidurlah Nak, tidurlah Sayang. Petang 'kan hilang malam pun menjelang. Mungkin hari ini Ayahmu tak akan pulang. Berdoalah esok nasi sepinggan akan terhidang.

 

Tak lelo… lelo-lelo ledhung

Cup menengo Anakku cah bagus…

 

-----o0o-----

Sumber syair: Lirik lagu pengantar tidur Masyarakat Jawa - Tak Lelo Lelo Ledhung.

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

Ando Ajo, Depok 15 April 2016.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun