[caption caption="Ilustrasi: Dendang Pengantar Tidur Si Buyung Kelaparan - by; Klik Fotografi Kompas."][/caption]
Tak lelo… lelo-lelo ledhung
Cup menengo ojo pijer nangis
Anakku sing bagus rupane
Yen nangis ndhak ilang baguse…
Â
Tidurlah Anak, tidurlah Sayang… jangan pikirkan hari yang beranjak petang. Usah risau menunggu Ayahmu pulang, berharap membawa nasi di dalam gantang. Tidurlah Nak, tidurlah Sayang. Agar tiada terasa melilit perutmu yang kembung meradang.
Tidurlah Nak, tidurlah intan. Dengarkanlah pada suara lantunan. Kudendangkan kunyanyikan. Berteman biola tua pengantar pesan. Rebahkan kepalamu dalam pangkuan, pejamkan mata kaupejamkan. Biarkan lapar terbiasakan.
Â
Tak gadhang biso urip mulyo
Dadiyo satriyo utomo
Ngluhurke asmane wong tuwo
Dadiyo pendekar ing bongso…
Â
Dengarlah Nak, dengarlah Sayang. Perubahan dunia yang membuat aku kamu kita tercengang. Tak sampai hati kubisikkan masa kecilku dulu lebih tenang. Tiada kesusahan dalam alam yang terkembang. Di balik bebatuan air tergenang, masih kautemukan kepiting dan udang. Di antara pepohonan hijau merindang, tak akan kelaparan pada kasih alam terhidang.
Mungkin kerakusan mengundang bala. Menjemput kebodohan bernama bencana. Hingga alam kian merana, Bumi pula kian tersiksa, seperti aku kamu dan kita semua. Terlupakan waktu di sisa masa.
Kini aku sudah tua renta, Ayahmu pula bukan siapa-siapa. Panggul dorong kerja menghela, penat tubuh keringat kering percuma. Tak berpadan tiada pula sama. Lembar didapat terbuang saat itu juga.
Â
Wis cup menengo Anakku
Kae mbulane ndadari
Koyo Buto nggegilani
Lagi nggoleki cah nangis…
Â
Jangan menangis jangan kausedih. Cukupkan sudah hati yang perih. Sebab banyak kepala-kepala yang tiada risih, meski ratapmu pilu mendidih. Seperti Buto Ijo yang tak kenal kasih, ke mana melangkah kaki menindih. Kau aku dan kita yang masih, akan menyingkir dalam derap mereka yang gigih. Tersisih.
Doaku sama dengan doa mereka. Jadilah manusia berhati dewa mulia. Jangan menunggu uluran tangan lakukan apa yang kaubisa. Tiada kuumpikan kaumenjadi pemimpin dunia, cukuplah sudah bila kaumenjadi insan berharga. Tanpa paksaan tanpa dusta. Sedikit terangkat, marwah keluarga.
Â
Tidurlah Nak, tidurlah Sayang. Petang 'kan hilang malam pun menjelang. Mungkin hari ini Ayahmu tak akan pulang. Berdoalah esok nasi sepinggan akan terhidang.
Â
Tak lelo… lelo-lelo ledhung
Cup menengo Anakku cah bagus…
Â
-----o0o-----
Sumber syair: Lirik lagu pengantar tidur Masyarakat Jawa - Tak Lelo Lelo Ledhung.
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Ando Ajo, Depok 15 April 2016.
Terima Kasih Admin Kompasiana^^
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H