Semenjak aku punya rumah kedua dan ketiga, orang-orang mengira aku pria yang romantis, Di. Hei-hei-hei, berhentilah tertawa… dengar dulu! Nah, kan… aku tahu, kausangat mengetahui siapa aku sesungguhnya. Gak ada romantis-romantisnya. Kurasa kaubenar, Di. Yaa, karena puisi-puisi dan syairku, apalagi yang menyangkut asmara dan perasaan.
Ya pastilah, Di. Kau ini bagaimana? Tentu saja aku mencintai istriku dengan caraku sendiri. Meski kata: cinta, tiada pernah kuungkapkan. Hmm, gak pernah sih, kalau dibacakan puisi atau syair, pantun saja gak pernah kok. Hahaha, sial kau, Di.
Eeh, jangan salah kau, Di. Kala sampai di rumah, aku selalu menyanyikan lagu favoritnya dia. Yup, kaubenar. Bidadari Surga milik almarhum Uje.
Aku menaruh kepercayaan kepada dia sembilan puluh sembilan persen, Di. Pun begitu pula dia terhadapku. Eeh…? Hahaha, kalau seratus persen, itu untuk Tuhan, Di. Tuhan. Ahh, payah kau.
Sini, kukasi tahu kau, Di. Apa pun yang kulakukan di rumah kedua dan ketiga, aku selalu memberi tahu dia. Bahkan nih, Di, sampai menjawab telepon kangen Cinta Pertama saja, itu sambil dia menyuapkanku makan, Di.
Eeh…? Gila? Berengsek kau, Di. Aku tidak gila. Aku jujur apa adanya. Aku tidak suka main belakang. Haram. Perasaan dia? Ahh kau ini. Kan sudah kukatakan: lebih baik jujur berterus terang apa adanya. Daripada aku main-main sama wanita lain di belakang dia, dan dia tahu kemudian, itu jauh lebih menyakitkan, Di. Dan aku, tidak suka itu. Sekali lagi, H-A-R-A-M. Sedangkan aku, haha-hihi dengan teman-teman maya di depan dia. Nelpon kangenan sama mantan, di depan dia. Chat ini-itu, di depan dia. Pendek kata: dia tahu segalanya. Dan aku, tidak berniat selingkuh sama sekali, Di.
Dia justru bilang: “Daripada selingkuh, lebih baik nikahi saja.” Plus, pakai senyuman sambil pegang pisau tiga puluh sentimeter. Hahaha, just kidding.
Nah lhoo… mau ngomong apa kau, Di?
Kautahu, laptop ini, handphone, sama sekali tidak kukunci, Di. Tidak kugunakan password-nya, Di. Coba kautanya teman diary-mu dari pria lain? Bagiku, Di, pria yang mengunci laptop dan ponselnya, berarti ada niat mau selingkuh dan tidak ingin ketahuan sama pasangannya. Apaan sih, Di, kok malah kau yang sensi? Biarkan saja mereka mengamuk, inikan opiniku. Ya suka-suka aku dong, Di. Baaahh… Toh, mereka pasti punya tameng seribu alasan seribu argumen.
Baah, ditanya lagi! Eeh, Di. Ini aku mau curhat lhoo, bukan mau menjawab pertanyaanmu. Sinting! Malah berasa di dalam kantor Polisi.