Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

2 Kali Malam Minggu

6 Februari 2016   23:32 Diperbarui: 7 Februari 2016   00:05 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya, aku pasti akan memenuhi janjiku. Ta—“

“Erick! Please… jangan mengulur-ulur terus!” Suara Liona terdengar berat dan serak di telinga Erick. “Aku gak bisa gini terus, Hon. Atau—atau kamu berniat mengingkari?”

“Bukan, Sayang. Bukan.” Semakin lama Erick melayani omongan Liona, semakin deras pula keringat yang memercik di kening. Erick harus memutar otak dengan cepat. “Gi-gini aja, malam minggu kedua, bagaimana?”

“Kamu berniat gak sih, Hon?! Dan—dan hape-mu gak aktif sama sekali!”

“Bukan-bukan seperti itu. Itu—kecopetan, iya.” Erick harus menggunakan handuk kecil untuk mengusap peluh yang membanjir. “Gini, dengar deh. Itu—kan pas tanggal empat belas. Nah, menurut kamu, bagaimana?”

“Valentine…” hening sejenak. “Baiklah, Hon. Kupikir itu lebih romantis. Ahh, kamu—kenapa bikin kejutannya lama banget, sih? Tapi ya udah. Aku suka kejutan.”

“Iya, maaf ya, Sayang.”

“It’s okay. Bye Honey, love you.”

“Bye…”

Erick menghela napas dalam-dalam. Terlepas beban untuk saat ini, pikir pria tiga puluh lima tahun. Ia memutar pandangan, dan kamar ini, benar-benar pengap. Erick menyibak gorden yang menghalangi masuknya cahaya. Dan membuka salah satu jendela, membiarkan sejenak sepoi angin menerpa kamarnya. Di atas pembaringan yang awut-awutan, ponselnya tergeletak “tak bernyawa”.

Yup, benar-benar kusut dan berantakan, gumam Erick. “Tidak lebih kusut dari otakku!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun