“Kau butuh bantuan, Nona Lautan?”
Satu suara mengagetkan Dayinta Bombang, begitu ia menoleh ke kanan, keterkejutannya semakin membesar.
Seorang pria berdiri di atas permukaan laut hanya terpaut dua kali jangkauan tangan di samping Dayinta Bombang. Bagaimana mungkin? Jerit hati gadis tersebut. Bagaimana mungkin pria itu bisa berdiri di atas air layaknya permukaan laut adalah sesuatu keras?
“Kau… ba-bagaimana bisa tahu—“
“Sudahlah,” senyum pria itu begitu manis dengan kehadiran dua lesung pipit di pipinya. “Aku hanya menawarkan uluran tangan. Kau butuh bantuan, Nona Lautan?”
“Kau, siapa?”
“Hmm, aku… Nuu Waar. Yaa, kau boleh saja memanggilku; Kweiya. Kalau kau tahu apa yang kumaksud,” pria itu mengedipkan sebelah matanya.
Dayinta Bombang terperangah. Dari Ina Wandiu Diu, ia pernha diperkenalkan dengan nama itu. Ya, sesuatu yang sama seperti dirinya. Satu senyum penuh arti mengembang di sudut bibirnya.
---bersambung---