Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agama dan Smartphone

17 Januari 2016   16:51 Diperbarui: 17 Januari 2016   16:51 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Sahabat^^

Sebenarnya sudah lama penulis ingin memposting tulisan ini, namun, karena satu dan lain hal, barulah sekarang bisa penulis lakukan.

Mungkin, terdengar nyeleneh judul artikel di atas. Mungkin pula sahabat akan berkata; “Apa hubungannya?” atau, “Bedalah coy…” dan lain sebagainya.

Kenapa penulis mengambil pengandaian Agama dan Smartphone, tidak lain karena penulis—yang keseharian sebagai teknisi gadget—menemukan banyak persamaan antara keduanya (Agama dan Smartphone), tentu, dalam lingkup tertentu.

 

“Ide” ini sendiri muncul tatkala seringnya penulis berhadapan dengan user (pelanggan) yang mengeluhkan—hal yang sama—soal gadget mereka. Salah satu contohnya seperti berikut ini;

 

“Mas, kenapa sih hp saya jadi kek gini? Katanya hp canggih, masak buat ini dan itu aja langsung ngadat? Payah nih.”

 

Seperti itulah kebanyakan yang penulis “hadapi” selama ini sebagai teknisi handphone. Dan saya selalu bertanya;

 

“Apa Mbak/Mas/Pak/Buk membaca manual-book-nya? Membaca buku panduan hp yang dibeli ini?”

 

Percaya atau tidak, hampir semua mereka menjawab; Tidak pernah. Dari riset—yang tanpa sengaja—penulis lakukan tersebut (anggap saja begitu) penulis dapat menyimpulkan; 80 - 90% tidak ada user (pengguna) handphone yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca manual-book/buku panduan handphone tersebut.

Kasarnya; Kita membeli smartphone tersebut dan beranggapan diri sudah mengetahui spesifikasi gadget itu. Malah, lebih konyol lagi, menganggap gadget di tangan sudah merupakan barang tercanggih.

Sahabat^^, ini namanya; salah kaprah.

Padahal, di dalam buku panduan jelas tertera spesifikasi dari gadget yang kita beli. Atau istilah kasarnya; Kelebihan dan kekurangan tentang handphone itu sendiri. Juga, panduan bagaimana cara penggunaan yang baik terhadap gadget itu sendiri. Dan itu selalu ada di dalam kotak/dus-nya.

 

Jadi, tidak heran bukan, jika banyak pengguna gadget yang tidak “memahami” gadget mereka sendiri?

 

Nah, tidakkah itu sama saja dengan; Agama?

Agama apa pun di dunia ini (terlebih agama-agam besar seperti; Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, Kongucu, dll) pastilah memiliki yang namanya buku panduan. Dan kita menamainya dengan; Kitab Suci.

 

Pengandaiannya itu adalah; Agama adalah smartphone atau gadget itu sendiri, dan Kitab Suci adalah manual-book-nya alias buku panduan.

 

Masing-masing penganut agama pastilah akan membenarkan seratus persen jika Kitab Suci mereka adalah; Firman Tuhan. Jadi, sangat masuk akal bila sebagai makhluk yang memiliki akal/logika/nalar untuk mengikuti Firman Tuhan tersebut.

 

Apa jadinya bila orang yang mengaku beragama, tetapi tidak memahami isi Kitab Suci agama yang ia anut? Alih-alih mengikuti ajaran luhur yang tertera di dalam kitab tersebut.

 

Penulis yakin, jika setiap orang meluangkan waktunya dengan lebih untuk membaca manual-book alias buku panduan tersebut—dan bukankah sudah sewajarnya bagi umat beragama untuk mengamalkan apa-apa yang ada di dalam Kitab Suci?—maka, mungkin dan sangat pasti tidak akan ada yang namanya prilaku menyimpang alih-alih terorisme.

Sebab kenapa?

Karena yang namanya Kitab Suci tentulah berisi sesuatu yang suci. Sesuatu yang bila diamalkan akan menjadi selimut hangat bagi setiap kepala, bahkan lingkungan.

Begitu juga dengan manual-book, bila sudah membaca dan memahami petunjuk-petunjuknya, tentulah gadget atau smartphone yang kita beli akan bisa bertahan lebih lama.

 

Jadi Sahabat^^ penulis hanya ingin sedikit mengingatkan, bukan maksud untuk mengajari, adalah lebih baik kita meluangkan waktu untuk membaca dan memahami Kitab Suci kita sendiri. Dan mengamalkan demi kehidupan lebih baik.

Paling tidak, setelah kita membaca Kitab Suci masing-masing, tentulah kita akan jauh dari yang namanya penipuan. Penipuan dalam ujud lain yang mungkin saja berujung pada penyucian otak. Dan lagi, apa gunanya kita mengaku memiliki agama, tapi Kitab Suci-Nya kita lupakan. Didiamkan saja hingga berdebu di sudut rumah.

 

Kiranya sampai di sini dulu artikel ini^^ lain waktu, bisa disambung lagi, aamiin.

Manusia adalah kreasi terindah dari Tuhan, karena itu, saling mengingatkan akan kebaikan adalah salah satu jalan untuk mencapai ridho-Nya.

 

Salam^^

Peace Be Upon You.

 

TULISAN INI DIMAKSUDKAN UNTUK KESADARAN SETIAP UMAT BERAGAMA AGAR KEMBALI MEMBACA, MEMAHAMI, DAN MEMPELAJARI KITAB SUCI AGAMA MASING-MASING, DEMI KEDAMAIAN DAN KETENTRAMAN HIDUP DI DUNIA BERDAMPINGAN DALAM BERBAGAI PERBEDAAN.

Ando Ajo, Jakarta 17 Januari 2016.

Sumber Ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun