Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cahaya yang Tak Pernah Padam

25 Desember 2015   17:19 Diperbarui: 25 Desember 2015   17:19 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yaa Humaira—wahai pipi yang bersemu—siapakah gerangan tamu tadi?”

“Yaa Rasul, sungguh aku tidak mengenal laki-laki itu sebelumnya. Dia ingin bertemu denganmu, tetapi mengingat engkau sedang tidak sehat, kuminta ia kembali esok hari,” jawab Aisyah sembari terus memijit dahi Baginda Rasul.

Lagi-lagi terdengar pintu diketuk seseorang, dan lagi-lagi dari tamu yang sama. Kejadian itu berlangsung hingga tiga kali, dan tiga kali pula Aisyah putri Abu Bakar meminta tamu gagah itu kembali lagi pada esok saja.

Baginda Rasul akhirnya berkata kepada Aisyah setelah kejadaian yang ketiga kalinya.

“Yaa Humaira, tahukah engkau siapa orang mengetuk pintu depan sampai tiga kali itu?”

“Hanya Allah dan Rasul-Nya sajalah yang tahu,” senyum Aisyah.

“Sesungguhnya, bila tamu itu datang dengan wujud sebenarnya, niscaya ruh di dalam tubuhmu akan tercerabut saat itu juga, yaa Humaira.”

“Astaghfirullahaladzim…”

Seketika pucatlah seluruh tubuh Aisyah putri Abu Bakar. Bukan membayangkan akan ajalnya sendiri, namun hati kecil berbisik gemetar, Baginda Rasul akan berpulang. Hingga tak kuasa Aisyah menahan bulir air mata.

“Yaa Humaira, sesungguhnya ajal itu adalah ketetapan Allah. Adakah makhluk di syurga dan di bumi ini yang dapat menghindarinya?”

Aisyah menggeleng lemah. Ia sangat meyakini itu, tetapi sisi manusiawinya tak henti menjerit, kenyataan ke depan bawha ia akan kehilangan sosok dambaan semua insan, tidak saja di bumi tapi juga mereka-mereka di langit sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun