Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu) melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (QS. 34:17)
Tentu saja, Soekarno tidak ingin negara dan bangsa yang dibangunnya ini akan bernasib sama dengan kaum Nabi Hud dan masyarakat Saba'. Natsir percaya, Soekarno tetaplah seorang muslim yang baik, namun khilaf. Mungkin Soekarno terlewat membaca Qur'an Surat Ar-Rum (30) : 9
Dan tidaklah mereka berpergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan.
Dalam konteks ini, penting untuk mencatat bahwa debat ini tidak hanya berkaitan dengan pandangan politik, tetapi juga menyoroti peran agama dalam memandu nilai-nilai dan kepercayaan dalam sebuah negara. Meskipun pandangan Soekarno dan Natsir memiliki perbedaan yang signifikan, keduanya berusaha membangun dasar yang kuat bagi identitas dan kesatuan bangsa Indonesia melalui Pancasila.