Mohon tunggu...
Andi Yani
Andi Yani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan peneliti bidang sosial dan politik

Pembelajar yang senang menyusuri jalan, mengunjungi kampung, bercakap dan berbagi ilmu sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melihat Sisi Lain Leiden, Kota Sejarah "Bertabur" Puisi

15 Mei 2018   01:03 Diperbarui: 19 Mei 2018   02:37 3186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kutipan Puisi Karya Penyair Kuno Jawa Ronggowarsito ditulis dengan aksara Kawi

Biaya pembuatan puisi diperoleh dari sumbangan pribadi, perusahaan dan Pemerintah Kota Leiden. Meski demikian Yayasan ini menjaga indepensinya dengan menolak menulis puisi untuk Ratu Belanda ketika Ratu Beatrix mengunjungi Leiden di suatu waktu (Source)

Di antara 107 puisi-puisi tersebut, terdapat 3 puisi mewakili Indonesia. Puisi pertama adalah karya Chairil Anwar (1922-1949) dengan judul AKU.

Puisi ini ditulis pada tanggal 17 Agustus 1995 di sebuah dinding apartemen di jalan Keernstraat 17a untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Indonesia.

Puisi ini ditulis atas usulan Instituut Indonesische Cursussen (IIC) atau lembaga kursus Bahasa Indonesia di Leiden. Puisi AKU ini menggambarkan sebuah perlawanan yang ditulis oleh Chairil Anwar di tahun 1945 melawan pendudukan Jepang dan juga Belanda.

Puisi Indonesia kedua adalah Serat Kalatidha atau dikenal Jaman Edan karya penyair legenda Jawa, Radn Ngabhi Ranggawarsita (1802-1873).

Puisi ini ditulis tahun 1997 di jalan Kraaierstraat dengan abjad Hanacaraka. Puisi Serat Kalatidha ini juga diusulkan oleh Instituut Indonesische Cursussen (IIC) kepada Yayasan Tegen-Beeld dan akhirnya disetujui untuk dijadikan mural menghiasi Kota Leiden.

Salah satu sudut Kota Leiden /dokpri
Salah satu sudut Kota Leiden /dokpri
Puisi yang terakhir yang mewakili Indonesia ini cukup special karena berada di dinding gedung perpustakaan KITLV yang juga menghadap perpustakaan pusat Universitas Leiden di jalan Witte Singel.

Puisi ketiga ini berasal dari Bugis dan ditulis dengan abjad Lontara. Puisi anonym ini adalah penggalan dari Elong yang konon dibuat sekitar Abad 19. Puisi ini diusulkan oleh Dr. Roger Tol, kepala perpustakaan KITLV saat itu, dan ditulis pada tanggal 23 Juni 2001 bertepatan dengan peringatan 150 tahun KITLV. 

Bagi pembaca yang berniat berpelesir ke Leiden, saya menganjurkan untuk meluangkan waktu menziarahi ketiga puisi yang merepresentasikan maha karya sastra Indonesia. Untuk info lebih lengkap mengenai semua mural puisi di Kota Leiden dan lokasinya, silahkan mengunjungi websitenya proyek Muurgedichten

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun