"Kenapa Ibu tak bilang!!!" Aku menggedor-ngedor pintu kamar mandi.
Tak ada jawaban. Protesku disuling menjadi lagu Vina Panduwinata yang fals dan salah tempat.
"Bu," panggilku memelas. "Aku butuh air. Mataku mulai perih."
Andaikan kau datang kembali....
"Bu. Kumohon!"
Jawaban apa yang kan kuberi...
"Buka pintunya, Bu!"
Bersinarlah terus sampai mati....
"Bu. Liriknya salah!"
Lagu ini kuakhiri....
Aku tak tahan. Aku sudah tak tahan. Mataku benar-benar sudah perih. Busa sampo itu mengalir, menyusup ke sela-sela kelopak mataku dan menimbun dirinya di danau bernama mata. Mataku. Aku hampir saja menangis. Aku memang cengeng. Dan kali ini ya, aku memang sudah menangis.