Di luar kamar mandi terdengar suara parau ibu berkata, "Mandinya jangan lama-lamaaa!!!" Dengan huruf "a" yang sengaja di panjang-panjangkan.
Aku tidak menjawab. Aku sedang menggigil.
Lalu terdengar suara pintu diketuk--kurasa lebih terdengar menampar muka pintu--berkali-kali disusul kalimat, "Kamu ini mandi kan? Bukan tidur?"
Aku. Karena aku tak tahan dengan suara itu maka kujawab, "Jangan khawatir."
"Aku tidak khawatir," kata suara perempuan di luar pintu.
Aku menuang sampo di kepalaku. Menggosok-gosoknya hingga merata.
"Tapi aku ingin pipis," ujar suara itu kembali.Â
Lima menit kemudian aku baru membuka pintu kamar mandi. Ibu menamparku sekali. Aku cuma terbegong, sempat ingin membalasnya. Tapi Ibu keburu masuk ke dalam kamar mandi. Jadi rencana itu kuurungkn. Lagi pula pikiranku sedang sibuk memikirkan hal-hal tidak jelas.
Dalam perjalanan kembali menuju kamarku, aku mengucapkan kembali kalimat sama yang kamu ucapkan padaku. Jangan khawatir. Kau baik-baik saja. Ibu baik-baik saja. Pipiku juga baik-baik saja. Dunia akan baik-baik saja.
Kecuali ya--aku memandang cermin--kalau busa di kepalaku tidak menunjukkan diri sebagai sesuatu yang tidak baik-baik saja.
Aku menyambar handuk yang terabaikan di atas kasur busaku dan kembali lagi ke kamar mandi.
