Mohon tunggu...
Zazuli Miftah
Zazuli Miftah Mohon Tunggu... Koki - Penulis itu seperti penjahit

Daripada terlambat, lebih kita mulai saja saat ini. Menulis untuk mengurai persoalan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Jokowi dan SBY, It Takes Two to Tango

6 Februari 2020   10:42 Diperbarui: 6 Februari 2020   10:37 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

. Lihat saja bagaimana persoalan Cicak vs Buaya yang menyandera KPK dan Kepolisian, klaim Thailand dan Kamboja atas kuil candi Preah Vihear, proses demokratisasi di Myanmar, dan 'shuttle diplomacy' atas buntunya 'joint communiqu' di ASEAN terkait Laut Cina Selatan. Bahkan di penghujung masa periode keduanya, SBY diminta PBB untuk menjadi co-chair bersama Perdana Menteri Inggris dan Presiden Liberia dalam membuat roadmap Sustainable Development Goals (SDGs) bangsa-bangsa di dunia sebagai bentuk lanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs).

Rekam jejak, talenta dan legacy sekomplit itu sangat sayang untuk dibiarkan begitu saja oleh bangsa ini. Tidak banyak tokoh bangsa yang punya pengalaman dan jejaring selengkap ini. SBY tidak hanya sarat akan pengalaman dan kapasitas yang mumpuni namun juga dirinya memiliki wisdom dan akseptabilitas yang tinggi dari berbagai pihak.

Contoh paling nyata adalah pada saat transisi kepemimpinan di tahun 2014, SBY menyiapkan segala sesuatunya untuk memperlancar estafet kepemimpinan bagi Jokowi. Bangsa ini mencatat peristiwa ini sebagai sejarah penting. 

Untuk pertama kalinya transisi kepemimpinan bangsa ini berjalan lancar. Tentu, ini adalah tradisi yang sangat baik dan sebuah bukti sejarah bagaimana SBY selalu memposisikan diri dengan proper dan sebagai seorang negarawan. Sejatinya, president's problems need president's solutions.

Komitmen SBY jelas. Dalam pidato kenegaraan terakhir di tahun 2014, SBY menyampaikan bahwa adalah kewajiban moral sebagai mantan Presiden nantinya, dan sebagai warga negara, ia ingin terus berbakti kepada negaranya untuk bersama-sama mendengarkan dan mendukung Presiden yang menjabat untuk kebaikan dan kemajuan negeri ini.

Tidak ada kata terlambat untuk memulai tradisi yang baik ini. Ada pepatah yang mengatakan, "It takes two to tango", artinya kedua belah pihak harus bersedia. Kini bola ada di tangan Presiden Jokowi bagaimana ia akan mengambil peluang emas untuk menjadikan SBY teman diskusi terbaiknya, dan memposisikan SBY sebagai 'the elders'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun