Saya lahir dari keluarga kelas menegah ke bawah. Saat saya lahir hingga SMP, orangtua saya belum mampu membeli rumah. Kami masih sewa rumah.
Saya paham hidup miskin itu seperti apa. Lingkungan tempat tinggal pun lingkungan orang-orang miskin. Mata saya sering melihat kondisi keluarga-keluarga kelas menengah ke bawah. Rumah-rumah berada dalam gang-gang sempit. Rumahnya sempit dan kumuh. Lantainya semennya retak-retak. Tembok belepotan catnya bercak-bercak hitam dan berjamur.
Saya bersyukur meskipun tergolong miskin, tapi rumah yg dihuni kami tak masuk gang-gang sempit tapi masih bisa masuk motor. Jalan MHT namanya.
Karena hidup di lingkungan warga yang sebagian besar miskin, saya tahu sifat-sifat maupun keadaan orang-orang miskin itu.
Saya akui banyak dari mereka memiliki penyakit malas. Dan yang paling payah adalah mindset mereka. Cara berpikir mereka yang tak berani berpikir besar. Jika bapaknya bekerja sebagai supir, maka anaknya pun jadi supir atau ngojek. Sedikit bahkan tak ada yang anaknya jadi dokter. Paling bisa jadi pegawai bank atau perusahaan swasta sebagai pegawai administrasi. Clerk.
Ada yang memang pemalas. Maunya dapat duit tapi tak mau bekerja. Yang model begini banyak.
Tapi, ada juga yang rajin dan semangat bekerja. Kesana kesini cari kerja, cari bisnis. Jual ini jual itu. Bahkan saat pandemik ini sebagian sibuk jualan dan posting iklan di group-group WA. Padahal sepanjang tahun sebelum pandemik mereka itu tak pernah bersuara di group-group WA. Menyapa selamat pagi pun tak pernah. Tapi, kini, di kala pandemik, hampir setiap hari posting iklan jualan masker, sarung tangan, makanan, dll.
Â
Banyak pula yang bekerja jadi buruh harian. Masuk dibayar tak masuk tak ada bayaran.
Bagi yang nasibnya sedikit lebih baik, mereka dapat diterima jadi buruh pabrik besar. Gajinya UMR atau UMP. Ada yang bisa menghemat dan ditabung. Ada yg tak bisa menabung.
Yang ber-mindset orang kaya ya bisa menabung. Bagi yang tak punya mindset orang kaya ya tak pernah bisa menabung. Habis bulan habis duit.
Rupanya, tidak saja istilah "OKB (Orang Kaya Baru)" yang dikenal, tetapi belakangan ini, di kala pandemik civid-19 melanda dunia, bermunculan orang-orang miskin baru alias OMB (Orang Miskin Baru).
OMB itu terutama berasal dari para buruh harian, para buruh pabrik bergaji UMR yang tabungannya sudah ludes karena pabrik tempatnya bekerja tutup sudah dua bulan. Atau pedagang-pedagang kecil. Termasuk para PKL. Yang tak bisa berjualan lebih dari sebulan.
Bagi yang malas tak ada semangat  ya terpaksa meminta-minta. Mengemis. Mungkin dengan kulit wajah tebal dia meminta dan mengemis asal anak-istri tak kelaparan. Tetapi, ada pula yang masih semangat mencari duit. Ada yang mencari duitnya dengan cara haram. Dan ada pula yg mencari duit dengan cara halal.