Masyarakat Jawa juga percaya bahwa apabila sedulur pribadi dipelihara dan diperhatikan dengan baik, maka mereka akan membantu bayi atau orang yang bersangkutan sepanjang hidupnya.
Dalam praktik keseharianya, masyarakat Jawa tidak hanya menggunakan weton untuk memperingati hari kelahiran tetapi juga untuk hal lain seperti perhitungan jodoh, hari baik, dan dalam hal aktivitas ritual adat.
Melalui weton ini masyarakat Jawa biasanya menilai apakah sebuah pasangan itu akan baik atau tidak. Jika dalam perhitungan memberikan hasil yang buruk maka pasangan tersebut terpaksa harus berpisah.
Salah satu hal yang juga wajib ada dalam wetonan adalah bubur merah putih. Bubur ini menjadi hidangan khas ketika wetonan berlangsung.
Di samping merupakan upacara peringatan hari kelahiran, wetonan juga bermakna mengingat waktu krisis dan melalui waktu krisis (waktu ketika perempuan melahirkan).
Karena waktu tersebut dapat menjadi sebuah awal dari kehidupan atau akhir dari kehidupan, maka ketika waktunya telah terlampaui, kita wajib bersyukur.
Dengan melakukan wetonan seseorang diharapkan tidak akan lupa dan akan selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H