Tujuannya bukan hanya pada sekedar pemenuhan kepentingan tetapi lebih pada pengembangan kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia. Konsep ini bukannya menjamin hak-hak dan kebebasan yang sifatnya negatif bagi warganya (individualism), akan tetapi lebih cenderung kepada hak-hak dan kebebasan yang bersifat positif (seperti hubungan timbal balik, saling menolong, dan pengembangan diri).
Kedua konsep tersebutlah yang membentuk pengembangan sebuah kota. Kota dengan berbagai hal yang ditawarkannya mampu menarik perhatian orang yang berada di luar kota untuk tinggal di sana – seperti ketersediaan pekerjaan, pendidikan, kesempatan sosial dan budaya, akses ke pertokoan, tempat-tempat makan, pelayanan kesehatan dan pelayanan jasa lainnya.
Segala ketersediaan barang dan jasa inilah yang membuat kota menjadi tempat terbaik untuk hidup. Dengan sederatan fakta-fakta tersebut, manajemen yang tepat bagi sebuah kota merupakan hal yang penting untuk menjamin kualitas kehidupan yang terbaik baik bagi kesehatan masyarakat maupun lingkungan.
Disamping itu dituntut pula adanya sebuah alternatif konsep pembangunan yang dapat mewujudkan kehidupan yang lebih “sehat”, dalam pengertian setiap sektor kehidupan masyarakat dapat berjalan normal sebagaimana layaknya, di mana rasa kepemilikan (sense of belonging) masyarakat terhadap kotanya tumbuh secara sadar. Sebuah program pembangunan yang mengkondusifkan kota dan komunitasnya menjadi sehat (healthy cities-communities).
Sesungguhya kota yang sehat tidak bisa dilepaskan dari komunitasnya yang juga sehat; sehat lingkungan, sosial dan ekonominya. Dalam tulisannya yang berjudul Healthy Cities-Healthy Communitie (1990), Joe Flower memberi batasan tentang komunitas yang sehat (healthy community) sebagai “A Community that nurtures its members, that gives us all more, and makes us all larger than we were”.
Dalam upaya merespon isu tersebut, organisasi kesehatan dunia (WHO) merancang sebuah konsep tentang Kota Sehat (Healthy City Initiative). Konsep Kota Sehat bukan berarti hanya sekedar pencapaian suatu tingkat kesehatan tertentu, akan tetapi berarti sebuah kesadaran akan kesehatan dan upaya untuk meningkatkannya (WHO – Regional Office for Africa, 2012).
Paradigma baru dalam kesehatan masyarakat itu ditandai dengan:
- Pendekatan multdisplin dan multisektor untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
- Difokuskan pada promosi kesehatan yang menyadari bahwa faktor lingkungan dan infrastruktur lebih besar dampaknya daripada perilaku. Promosi kesehatan yang dimaksud bukan kampanye penyuluhan kesehatan akan tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri atas 1) upaya menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, 2) mengembangkan ketrampilan individu, 3) menguatkan aksi masyarakat, 4) reorientasi pelayanan kesehatan, 5) membangun kebijakan publik yang mendukung kesehatan ‘healthy public policy’.
- Pengembangan masyarakat adalah kunci strategi untuk membawa perubahan yang lebih baik.
- Mengenal pentingnya kebijakan nasional, regional, dan lokal yang berkaitan dengan upaya kesehatan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan-tujuan dari program Kota Sehat tersebut, berbagai studi telah dilakukan guna mengevaluasi dan memberikan gambaran mengenai strategi-strategi yang dapat diimplementasikan untuk peningkatan kesehatan masyarakat yang berkesinambungan.
Walczak (2002) mengemukakan dalam tulisannya bahwa untuk menciptakan sebuah komunitas yang sehat ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: mendorong penguatan kepemimipinan di tingkat warga, masyarakat dan pemerintah, serta lembaga-lembaga lainnya untuk menciptakan atau meningkatkan suatau “rasa” untuk memiliki bersama adalah merupakan hal yang paling penting.
Disamping itu pula, memberikan perlengkapan kepada masyarakat, penyediaan fasilitas bagi seluruh warga, serta membangun sebuah sistem nilai juga sangat dibutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H