Mohon tunggu...
Andi Setyo Pambudi
Andi Setyo Pambudi Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati sumberdaya air, lingkungan, kehutanan dan pembangunan daerah

Perencana Pembangunan (Development Planner)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Citarum dan Sepotong Keindahan Situ Cisanti yang Tersisa

5 April 2020   21:22 Diperbarui: 10 April 2021   07:12 2326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada Situ Cisanti tidak hanya lekat dengan cerita budaya leluhur, tetapi juga memiliki spot-spot yang instagramable. Untuk bisa mendapatkan seluruh panorama dalam satu frame foto, biasanya para pengunjung mengambil spot di tepi danau, termasuk saya. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi.

Siapa yang belum pernah mendengar nama Sungai Citarum? sungai di Jawa Barat dengan panjang sekitar 300 kilometer popular sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air di pulau Jawa dan Bali.

Dari masa ke masa, Citarum juga berfungsi untuk jalur air, penghubung dunia luar di lepas Laut Jawa, serta di pedalaman selatan Jawa Barat. Banyak pemukiman dan kawasan pertanian tumbuh subur di sepanjang aliran sungai Citarum.

Ceritanya tidak hanya berhenti disitu. Bank Dunia telah pernah menyebut Citarum sebagai sungai terkotor di dunia. Lho kok bisa? Dan julukan ini di pakai media dan pemerhati lingkungan untuk mendeskripsikan Citarum itu seperti apa.

National Geographic-pun pernah mengulasnya. Dikatakan bahwa tingkat limbah dan polusi di Sungai Citarum sudah sangat mengkhawatirkan yang ditandai dengan kandungan bahan kimia dengan kadar airnya seribu kali lipat lebih tinggi dari batas air minum aman yang ditetapkan Amerika Serikat. Tentu saja ini bukan prestasi yang dapat dibanggakan.

Mengunjungi kawasan Arboretum Gunung Wayang Windu dimana Situ Cisanti berada. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi
Mengunjungi kawasan Arboretum Gunung Wayang Windu dimana Situ Cisanti berada. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi
Limbah Sungai Citarum salah satunya disebabkan oleh rata-rata 340 ribu ton limbah industri yang dibuang ke sungai setiap harinya. Seperti diketahui bahwa limbah ini disumbang oleh sekitar 2000 pabrik tekstil.

Pabrik-pabrik ini adalah sumber mata pencaharian bagi warga sekitar Citarum dimana sebagian besar Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL-nya tidak cukup memadai.

Selain dari industri, jumlah sampah rumah tangga di kawasan ini cukup besar mencapai 20.462 ton/hari, dan 71 persen di antaranya tidak terangkut sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Sebanyak 35.5 ton/hari kotoran manusia dan 56 ton/hari kotoran hewan/ternak juga dibuang langsung ke Sungai Citarum. Masalah lainnya adalah di bagian hulu juga terjadi alih fungsi lahan hutan lindung secara masif untuk lahan pertanian.

Hal tersebut memicu terjadinya erosi dan sedimentasi. Sebuah ironi kondisi ketidakseimbangan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang nyata.

Tempat saya berdiri ini adalah sebagai tanda bahwa saya sudah masuk di Kawasan Situ Cisanti di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi
Tempat saya berdiri ini adalah sebagai tanda bahwa saya sudah masuk di Kawasan Situ Cisanti di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi
Di balik cerita-cerita negatif tentang Citarum, pada bagian hulu sungai masih menyimpan sebuah keindahan yang tersisa, yaitu Situ Cisanti. Situ Cisanti ini juga populer disebut orang sebagai kilometer NOL Citarum.

Tempat ini berlokasi di Desa Tarumajaya, Kertasari, Kabupaten Bandung. Ketika saya berkesempatan datang langsung Situ Cisanti pada hulu Sungai Citarum, saya disodorkan potret lingkungan yang berbeda dengan kenyataan di bagian hilir yang diidentikkan Bank Dunia sebagai yang terkotor tadi.

Di sini, saya menjumpai rimbun hutan yang mengitari sebuah danau dalam Kawasan Arboretrum Gunung Wayang. Sungguh, hulu Citarum adalah sepotong keindahan yang tersisa dari Sungai Citarum.

Ketika nama Sungai Citarum disebut, yang terlintas di benak sebagian masyarakat Jawa Barat adalah sampah, limbah dan polutan. Namun, meski betapa tercemarnya hilir Sungai Citarum, tak banyak yang tahu bahwa sungai ini berasal dari sebuah surga kecil yaitu Situ Cisanti, salah satu dari 7 mata air sebagai sumber air di hulu Sungai Citarum. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi
Ketika nama Sungai Citarum disebut, yang terlintas di benak sebagian masyarakat Jawa Barat adalah sampah, limbah dan polutan. Namun, meski betapa tercemarnya hilir Sungai Citarum, tak banyak yang tahu bahwa sungai ini berasal dari sebuah surga kecil yaitu Situ Cisanti, salah satu dari 7 mata air sebagai sumber air di hulu Sungai Citarum. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi
Geografis kawasan Situ Cisanti, selain menjadi bagian dari Gunung Wayang, juga dikelilingi Gunung Rakutak. Situ ini juga dikelilingi oleh Gunung Malabar, Bukit Bedil, dan Gunung Kendang yang merupakan batas alam Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Garut.

Lokasi ini juga cukup dekat dengan obyek wisata lain di  Pengalengan seperti Gunung Puntang. Satu hal yang tak boleh dilewatkan, di satu tepi dekat rumpun rumput lembang, ada dua mata air muncul dan mengairi Situ Cisanti. Masyarakat percaya, lokasi itu adalah petilasan Raja Sunda.

Pada Situ Cisanti tidak hanya lekat dengan cerita budaya leluhur, tetapi juga memiliki spot-spot yang instagramable. Untuk bisa mendapatkan seluruh panorama dalam satu frame foto, biasanya para pengunjung mengambil spot di tepi danau, termasuk saya. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi.
Pada Situ Cisanti tidak hanya lekat dengan cerita budaya leluhur, tetapi juga memiliki spot-spot yang instagramable. Untuk bisa mendapatkan seluruh panorama dalam satu frame foto, biasanya para pengunjung mengambil spot di tepi danau, termasuk saya. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi.
Air Situ Cisanti sangat jernih dan karena letaknya berada di ketinggian. Pada tempat ini udara berhembus sangat sejuk sehingga cocok bagi yang ingin menyegarkan pikiran.

Situ Cisanti adalah tempat pertemuan 7 mata air, yaitu Cikahuripan atau Pangsiraman, Cihaniwung, Mastaka Citarum, Cisadane, Cikoleberes, Cikawedukan dan Cisanti. Di antara ketujuh mata air tersebut, yang paling terkenal adalah Cikahuripan atau Pangsiraman.

Inilah sepotong keindahan Citarum yang tersisa. Pemandangan alam yang menakjubkan ini begitu memanjakan mata. Menjaga kelestarian Situ Cisanti sebagai keindahan yang tersisa dari Sungai Citarum adalah tugas kita semua. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi
Inilah sepotong keindahan Citarum yang tersisa. Pemandangan alam yang menakjubkan ini begitu memanjakan mata. Menjaga kelestarian Situ Cisanti sebagai keindahan yang tersisa dari Sungai Citarum adalah tugas kita semua. Sumber: Dok.Pribadi Andi Setyo Pambudi
Menjaga kelestarian Situ Cisanti sebagai keindahan yang tersisa dari Sungai Citarum adalah tugas kita semua. Saya masih mengingat nasehat dari Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si, dosen panutan saya ketika menjadi mahasiswa di Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia. 

Beliau mengatakan bahwa "Karena manusia hanya memiliki satu bumi, maka semua dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia akan balik mengenai manusia itu kembali!".

Kalimat ini memiliki makna mendalam sebagai sebuah gambaran sederhana agar kita menaati hukum alam sebagai manifes dari hukum Tuhan. Apa yang ditanam itulah yang akan dipanen.

Jika kita menanam kebaikan maka kebaikan akan datang kepada kita. Sebaliknya, jika keburukan yang kita tanam maka kita akan menuai keburukan pula.

Alam memiliki hukumnya tersendiri dan itu bersinggungan dengan manusia. Sejatinya manusia diciptakan oleh Tuhan selain untuk mengabdi kepada-Nya, juga untuk menjaga alam semesta. ***( ASP, 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun