Mohon tunggu...
Andi Setyo Pambudi
Andi Setyo Pambudi Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati sumberdaya air, lingkungan, kehutanan dan pembangunan daerah

Perencana Pembangunan (Development Planner)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desa Wisata Bobung, Budaya dan Optimalisasi Hutan Rakyat Gunungkidul

3 April 2020   19:02 Diperbarui: 6 April 2020   14:31 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil kerajinan topeng kayu khas Desa Wisata Bobung saat sudah diwarnai dan siap dikemas untuk dipasarkan. Bentuk topeng yang diproduksi juga memiliki kekhasan tersendiri, yaitu mirip tokoh wayang purwa yang matanya tertarik ke atas dan hidung lancip, selain juga khas dalam ukiran dan pewarnaan.Sumber: Dok. Pribadi Andi Setyo Pambudi

Contoh kerajinan kayu alphabet produk Desa Wisat Bobung yang paling banyak diekspor dan diminati masyarat Taiwan. Sumber: Dok. Pribadi Andi Setyo Pambudi
Contoh kerajinan kayu alphabet produk Desa Wisat Bobung yang paling banyak diekspor dan diminati masyarat Taiwan. Sumber: Dok. Pribadi Andi Setyo Pambudi

Salah satu penyuplai kayu untuk kerajinan di daerah ini adalah Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Lestari melalui skema Hutan Rakyat (HR). Hutan Rakyat di lokasi ini adalah seluas 175,21 hektar dengan umur tanaman 5-6 tahun yang pada awalnya areal ini berupa kebun singkong. Hutan Rakyat (HR) merupakan salah satu skema perhutanan sosial yang banyak diminati di Pulau Jawa.

Beberapa jenis tanaman yang terdapat pada hutan rakyat antara lain gmelina (Gmelina arborea), sonokeling (Dalbergia latifolia), pulai (Alstonia scholaris), mahoni (Swietenia sp.), glugu dan sengon laut. Dukungan KLHK kepada masyarakat adalah dalam pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR). Selain itu, dukungan juga diberikan oleh BPDASHL Yogjakarta dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai jenis bibit yang baik untuk ditanam.

Hasil kerajinan kayu lain Desa Wisata Bobung yang sangat diminati oleh hotel-hotel maupun keperluan domestik masyarakat di Yogayakarta dan sekitarnya. Sumber: Dok. Pribadi Andi Setyo Pambudi
Hasil kerajinan kayu lain Desa Wisata Bobung yang sangat diminati oleh hotel-hotel maupun keperluan domestik masyarakat di Yogayakarta dan sekitarnya. Sumber: Dok. Pribadi Andi Setyo Pambudi

Hutan Rakyat (HR) berkontribusi dalam suplai bahan baku kayu untuk kerajinan. Jenis tanaman yang sering digunakan sebagai bahan kerajinan adalah gmelina dan sengon laut (bahan baku kerajinan berupa miniatur) serta Pulai (bahan baku topeng). Kerajinan yang dibuat berupa miniatur, patung, topeng, wayang ataupun jenis lain sesuai pesanan. Produk-produk kerajinan tersebut dipasarkan di wilayah Yogjakarta, Jakarta hingga  mancanegara. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK) di hutan rakyat dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat untuk meningkatkan nilai ekonomi dari hasil hutan rakyat tersebut.

Bengkel lokasi pembuatan kerajinan topeng kayu Desa Wisata Bobung. Proses pembuatan topeng dimulai dari pengolahan bahan baku yang berasal dari batang pohon albassia atau pohon pulai dipotong-potong sesuai dengan ukuran topeng yang ingin dibuat. Selanjutnya potongan tersebut dibagi menjadi dua untuk kemudian dipoles. Setelah dipoles, batang tersebut dibentuk dan dipahat sesuai bentuk topeng yang diinginkan. Setelah topeng mulai terbentuk, kemudian topeng diamplas hingga halus dan diberi ornamen batik agar tampak cantik dan menarik. Sumber: Dok. Pribadi Andi Setyo Pambudi
Bengkel lokasi pembuatan kerajinan topeng kayu Desa Wisata Bobung. Proses pembuatan topeng dimulai dari pengolahan bahan baku yang berasal dari batang pohon albassia atau pohon pulai dipotong-potong sesuai dengan ukuran topeng yang ingin dibuat. Selanjutnya potongan tersebut dibagi menjadi dua untuk kemudian dipoles. Setelah dipoles, batang tersebut dibentuk dan dipahat sesuai bentuk topeng yang diinginkan. Setelah topeng mulai terbentuk, kemudian topeng diamplas hingga halus dan diberi ornamen batik agar tampak cantik dan menarik. Sumber: Dok. Pribadi Andi Setyo Pambudi

Sampai saat ini pendapatan Kelompok Kerajinan Putra Kerabat, yang merupakan kelompok pengrajin sebagai pemanfaat Hasil Hutan Kayu (HHK) hutan rakyat Wana Lestari mencapai 30 juta/bulan. Namun dalam pelaksanaannya, kelompok kerajinan ini sering mengalami beberapa kendala yaitu ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja yang terbatas sementara pesanan banyak, belum memiliki Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) sehingga hasil hutan rakyat ini dijual langsung melalui desa dan terbatasnya sumberdaya (pengrajin yang ahli) bahkan pembuatan kerajianan masih dilakukan secara manual (keterbatasan alat produksi). Oleh karena itu, masyarakat menginginkan adanya dukungan dari pusat berupa peralatan untuk memproduksi hasi hutan kayu untuk pembuatan kerajinan ***(ASP, 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun