Melihat hal ini, kelompok Wana Tirta dengan didampingi oleh Yayasan DAMAR mulai melakukan kegiatan untuk memperbaikinya. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain : (1) Penanaman dan penyulaman serta perawatan tanaman mangrove; (2) Bekerja sama dalam penanaman mangrove dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah; (3) Penyelamatan dan penangkaran penyu di pantai pasir mendit; (4) Pengembangan ekowisata edukasi (Ecoedutourism) hutan mangrove; dan (5) Kerja sama edukasi dan penelitian mangrove dengan berbagai kalangan.
Salah satu LSM yang mendukung kegiatan usaha konservasi ini adalah Yayasan DAMAR yang membantu dalam penyediaan bibit dalam aksi tanam bakau.Â
Yayasan tersebut juga membantu dalam hal legalitas dan edukasi bakau kepada masyarakat. Beberapa perusahaan juga turut andil dalam mendukung kegiatan konservasi bakau ini diantaranya BRI, Kompas dan Jogjatronik.Â
Dana CSR dari perusahaan tersebut diberikan dalam bentuk tunai dan berupa bibit bakau. Penggunaan dana CSR juga digunakan untuk pembangunan sarana prasarana/fasilitas di dalam maupun sekitar kawasan, seperti tempat parkir dan jembatan penyeberangan yang terbuat dari bambu.
Kawasan yang awalnya berubah hanya untuk kepentingan konservasi bakau untuk mencegah abrasi air laut pada tahun 90-an, saat ini sudah dijadikan sebagai destinasi yang didesain sangat bagus.Â
Tatanan yang dinikmati sekarang adalah sebagai bentuk ide yang dituangkan untuk menciptakan hutan bakau yang bisa dijadikan edukasi.Â
Tentu saja, selain untuk melihat keagungan Tuhan ada juga kegunaan lain yaitu sebagai sarana untuk pembelajaran bagi masyarakat yang butuh pengetahuan mengenai lingkungan.
Tidak ada perahu/sampan yang bisa disewa berkeliling mangrove seperti layaknya hutan mangrove di Jakarta. Tidak ada pula wahana permainan untuk anak-anak.Â