Membicarakan mangrove adalah tentang sebuah pesona. Pertemuan laut dan sungai, air garam dan air tawar adalah kombinasi manis dari dua dunia yang mendorong para peneliti untuk datang.Â
Mangrove menghadirkan keragaman jenis tumbuhan yang amat khas dan berpadu dengan fauna unik yang memancing keingintahuan para pecinta keindahan.
Bentuk daun, jenis akar, serta jenis binatang di sana amat khas. Peran dan fungsi ganda mangrove sebagai penahan abrasi dan penyedia nutrisi bagi biota laut adalah alasan bagi manusia untuk tetap bersyukur kepada Tuhan dengan ciptaan-Nya ini. Semua itu memberikan inspirasi bagi saya.
Kawasan ini dapat saya katakan sebagai kawasan bakau terbaik dan terluas di Provinsi DI Yogyakarta yang menjalankan kegiatan perhutanan sosial.
Kedua pantai ini langsung berbatasan dengan Laut Selatan yang berombak ganas dan bukan pantai yang bisa dipakai untuk berenang atau bermain air.
Berbincang dengan pengelola kawasan ini, yaitu kelompok Wana Tirta dan Yayasan DAMAR membuat saya semakin tertarik untuk tahu lebih dalam tentang mangrove Pasir Mendit.Â
Pada awalnya, pendirian kawasan ini benar-benar mandiri, artinya tidak ada dukungan finansial yang memadai hingga pada tahun 2009 terbentuk Lembaga Pelestari Mangrove dan Pesisir Pantai "Wana Tirta".Â
Lembaga ini lahir dari keprihatinan terhadap kondisi lingkungan alam pesisir khususnya mangrove, dimana banyak tanaman mangrove yang rusak, tidak terawat, dan mati.Â
Faktor utama penyebab kegagalan adalah kesalahan penggunaan lahan, kegagalan tanam karena banyaknya ternak masyarakat di sekitar kawasan, hama, dan cuaca.Â