Mohon tunggu...
Andi Satriani
Andi Satriani Mohon Tunggu... Guru - Ketua Program Keahlian Kimia Analisis dan Guru produktif di SMKN 6 Kendari

Ibu dua anak sekaligus guru di SMK, sangat menyukai membaca terutama yang bergenre fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Coaching untuk Supervisi Akademik (Koneksi Antar Materi Modul 2.3)

7 Desember 2023   16:14 Diperbarui: 7 Desember 2023   16:21 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik merupakan salah satu modul dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Modul ini membahas tentang konsep coaching, paradigma berpikir coaching, keterampilan coaching, dan aplikasi coaching dalam supervisi akademik.

Konsep  Coaching 

Coaching merupakan hubungan  kemitraan dengan klien,  dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional klien. Coaching berbeda dengan pengajaran atau pelatihan yang lebih berfokus pada peningkatan keterampilan teknis atau pengetahuan yang spesifik. Coaching lebih berfokus pada pengembangan keterampilan interpersonal, pemecahan masalah, dan peningkatan kinerja secara keseluruhan. Coaching juga dapat membantu klien dalam membangun rasa percaya diri dan motivasi yang lebih besar dalam mencapai tujuan mereka. Dalam menerapkan praktik coaching harus berpegang pada prinsip coaching, yaitu kemitraan, percakapan kreatif dan memaksimalkan potensi.

Coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya Sebagai seorang ' pamong'. Guru dapat memberikan 'tuntunan' melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Pentingnya proses coaching bagi peserta didik, yaitu 1) Proses untuk mengaktivasi kerja otak murid; 2) Pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi.  3) Pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya.

Paradigma Berpikir Coaching

Seorang coach harus memiliki mindset coach, yaitu :

  • Fokus Pada Coachee, dimana  Coach memusatkan perhatian pada orang yang dicoachingnya, bukan pada "topik" yang dibawanya dalam percakapan.
  • Bersifat terbuka; Coach   memiliki   pikiran  yang terbuka terhadap pemikiran-pemikiran   coachee, ditandai dengan minimnya penilaian/pelabelan   atau analisa tentang baik/buruk atau benar/salahnya pemikiran tersebut.
  • Bersikap  lnginTahu Lebih Banyak; coach memelihara rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat coacheenya memiliki pemikiran/pendapat/perasaan tertentu
  • Memiliki Kesadaran Diri yang Kuat, kesadaran diri yang kuat membantu coach untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan.
  • Mampu Melihat Peluang Baru dan Masa Depan; Coach harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa coachee melihat masa depan

Kompetensi inti Coaching

  • Seorang coach harus memiliki beberapa kompetensi inti yang diperlukan untuk membantu individu atau kelompok mencapai tujuan mereka. Berikut adalah beberapa kompetensi inti yang harus dimiliki seorang coach:
  • Kehadiran penuh (presence), seorang coach harus benar-benar hadir secara mental, emosional, dan fisik dalam sesi coaching. Hal ini melibatkan fokus penuh pada coachee, dengan mengabaikan distraksi atau gangguan lainnya. Dalam kehadiran penuh, seorang coach harus memiliki kesadaran diri (self-awareness) yang tinggi, mampu memahami perasaan dan pikiran coachee sendiri.
  • Mendengarkan aktif, adalah kemampuan untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara dan memahami keseluruhan makna yang tidak terucapkan. 3 hal yang harus dihindari ketika mendengarkan adalah asumsi, judgement/melabel dan asosiasi atau mengaitkan dengan pengalaman pribadi.
  • Mengajukan pertanyaan berbobot, yang lahir dari mendengarkan dengan RASA, berbebtuk pertanyaan terbuka yang membuat coachee merenung, menggali, mengingat dan mengaitkan.

Alur Percakapan Coaching

Dalam coaching percakapan antara coach dan coachee harus mengalir seperti air, alur ini biasa disebut dengan istilah alur TIRTA, TIRTA singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab.

  • Tujuan, coach dan coachee berkenalan dan membahas tujuan dan harapan mereka untuk sesi coaching. Pada tahap ini, coach juga dapat memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang apa yang akan terjadi selama sesi coaching.
  • Identifikasi, coach dan coachee berbicara tentang masalah atau tantangan yang mereka hadapi. Seorang coach mendengarkan dengan saksama dan bertanya pertanyaan yang membantu individu atau kelompok tersebut memperjelas situasi mereka dan mengidentifikasi kemungkinan solusi.
  • Rencana Aksi, coach membantu coachee untuk merencanakan tindakan konkret yang dapat mereka ambil untuk mencapai tujuan mereka atau menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Coach juga dapat membantu individu atau kelompok tersebut untuk mengatasi rintangan atau hambatan yang mungkin terjadi saat mereka mencoba menerapkan solusi.
  • Tanggung Jawab, coach mengambil kesimpulan dari sesi coaching dan membantu coachee untuk merespons hasil coaching. Coach dan coachee juga dapat membahas tindakan lanjutan atau strategi yang mungkin diperlukan untuk terus mendukung individu atau kelompok tersebut dalam mencapai tujuan mereka.

Supervisi Akademik dengan Prinsip Coaching

Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas untuk memberikan dampak secara  langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran di kelas. Supervisi akademik dengan prinsip coaching merupakan suatu pendekatan dalam memimpin dan mengembangkan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) di lembaga pendidikan yang menempatkan supervisor atau Kepala Sekolah sebagai seorang coach yang mendukung GTK sebagai coachee dalam mencapai tujuan mereka, mengembangkan keterampilan dan potensi mereka, serta memperbaiki kinerja mereka.

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching  meliputi:

  • Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
  • Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
  • Terencana
  • Reflektif
  • Objektif:   data/informasi  diambil    berdasarkan  sasaran   yang sudah disepakati
  • Berkesinambungan
  • Komprehensif: mencakup tujuan  dari proses supervisi akademik

Tahapan Supervisi Akademik

Ada tiga tahapan yang sering dilakukan dalam supervisi akademik, yaitu:

  • Pra Observasi: yang berisi persiapan dan perencanaan supervise, Tahap ini meliputi identifikasi tujuan supervisi, penentuan peserta supervisi, dan penjadwalan waktu dan tempat supervisi.
  • Observasi: Tahap ini meliputi pengamatan langsung atau tidak langsung terhadap kinerja guru atau tenaga pendidik dalam mengajar atau memberikan bimbingan kepada murid.
  • Pasca Observasi yang meliputi Evaluasi dan rencana tindak lanjut: Tahap ini meliputi analisis dan penilaian terhadap kinerja guru atau tenaga pendidik berdasarkan hasil pengamatan dan kriteria yang telah ditentukan serta penentuan tindakan yang harus dilakukan oleh guru atau tenaga pendidik untuk meningkatkan kinerjanya, serta perencanaan evaluasi kembali untuk memastikan efektivitas dari tindakan yang dilakukan.


Pemikiran Reflektif terkait Pengalaman Belajar

Materi tentang coaching memberikan pemahaman baru yang lebih luas tentang memberdayakan peserta didik maupun rekan sejawat dalam meningkatkan kompetensinya. Proses  coaching sebagai upaya yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dalam memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi.  

 Dengan mempraktikkan keterampilan coaching  kepada rekan sesama calon guru penggerak dan rekan sejawat memberikan pengalaman baru bagi saya. Bagaimana membuat kehadiran penuh dalam sesi coaching, mendengarkan dengan aktif tanpa melibatkan asumsi, judgement dan asosiasi agar bisa mengajukan pertanyaan bedrbobot diwaktu yang tepat. Selain itu dibutuhkan kemampuan untuk menahan diri agar tak terjebak memberikan soslusi, tetapi merangsang coachee untuk menggali dan menemukan solusi sendiri.

Hal yang baik dalam proses belajar adalah saya mengetahui coaching dan teknik alur coaching sehingga saya dapat mempraktikkan coaching dengan sesama calon guru penggerak dengan menerapkan prinsip dan kompetensi coaching dan sesuai alur TIRTA. Selama praktik coaching dalam sesi Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual berjalan lancar dan dapan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi coachee. Namun, masih banyak hal yang perlu saya perbaiki adalah mencari kata kunci dan menanyakan pertanyaan yang berbobot yang dapat menggali informasi lebih dalam lagi tentang masalah coachee dan menggali lebih dalam lagi potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menemukan solusi atas malasah pribadinya. Disamping itu dalam percakapan coaching terkadang muncul asumsi-asumsi dalam pikiran saya dan ini harus saya hindari dengan mengosongkan pikiran saya dari asumsi terhadap coachee. Tentu hal ini harus saya latih dan saya asah agar menjadi lebih baik lagi.

Sebelum saya mempelajari modul ini, saya beranggapan bahwa supervise akademik adalah sesuatu yang menakutkan karena sepertinya pengawas mencari-cari kesalahan dalam proses mengajar guru. Akan tetapi, setelah membaca dan memahami supervise akademik dengan princip coaching pandangan saya berubah. Supervisi akademik merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang memberdayakan. Menurut Glickman dan Daresh (2007), supervise akademik merupakan kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan komp[etensi guru yang bertujuan untuk pemberdayaan dan pengem,bangan kompetensi inti dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran.

 

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Salah satu paragigma berpikir coaching adalah harus berfokus pada coachee. Coach harus bisa membuat coachee lebih aktif dan terbuka dengan permasalahan yang dihadapi di lapangan. Namun, dalam prakteknya terkadang kita mendapatkan coachee yang begitu tertutup sehingga proses coaching terkesan berjalan satu arah.  Apa yang bisa dilakukan jika kita mendapati seorang coachee yang tidak mau terbuka?

Keterbukaan diri (self disclosure) merupakan kunci dari proses coaching. Menurut Lumsden (1996) self disclosure dapat membantu seseorang berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan kepercayaan diri serta hubungan menjadi lebih akrab. Self disclosure merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain. Altman dan Taylor (1973) mengemukakan bahwa self disclosure merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi diri kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. Ada dua dimensi self disclosure yaitu keluasan dan kedalaman. Keluasan berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dengan siapa saja (target person), baik orang yang baru dikenal, teman biasa, orangtua / saudara dan teman dekat. Sedangkan kedalaman berkaitan dengan topik yang akan dibicarakan baik bersifat umum maupun khusus.

Seorang coach dapat menggunakan tiga kompetensi inti coaching dalam menggali self disclosure dari coachee. Hal paling pertama adalah presence atau kehadiran penuh. Coach maupun coachee harus focus dalam sesi coaching dengan cara semisal mencari tempat yang tenang dan praktek mindfulness diawal sesi. Selanjutnya dengan mendengarkan coachee bercerita, coach dapat mengidentifikasi permasalahan dari kata kunci yang dilontarkan oleh coachee. Dalam proses mendengarkan, coach harus berpegang pada prinsip RASA (Receive, Apreciating, Resuming, Ask) sehingga bisa menghasilkan pertanyaan berbobot. Kompetensi coach sangat diperlukan dalam memberikan coaching  bagi peserta didik yang mengalami kesulitan self disclosure.

Keterkaitan modul 2.3 dengan modul sebelumnya.

Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan system among yang terkenal yaitu "Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Konsep ini sangat berkaitan dengan coaching dalam konteks pendidikan. Seorang coach menjadi teladan bagi coacheenya, baik itu murid maupun rekan sesama guru, membantu mereka membangun semangat dan memberi dorongan untuk mencapai tujuan akademik dan pribadi mereka.

Fokus pengembangan kompetensi seorang pendidik, yaitu mendesain pembelajaran yang  berpihak pada  murid yang  berdampak pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik  pembelajaran. Proses pembelajaran harus bisa mengakomodasi kebutuhan belajar murid sehingga pendidik harus bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam kelas dengan mengintegrasikan pembelajaran social dan emosional.

Jika sebelumnya guru hanya berfokus pada peningkatan kompetensi pedagogic dan keterampilan saja, maka mulai dari dari sekarang guru harus memperhatikan aspek lain atau kompetensi yang lain yaitu social dan emosional. Pembelajaran masa sekarang, terlebih setelah pandemic berakhir telah membuat peserta didik menjadi pribadi yang anti social. Peserta didik yang dihadapi merupakan Generasi Z yang tumbuh dalam era teknologi digital yang terhubung secara online. Meskipun teknologi memiliki manfaat yang besar, penggunaan berlebihan media sosial, eksposur terhadap konten negatif, cyberbullying, dan perasaan ketergantungan pada perangkat elektronik dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental.

Anak-anak didk yang dihadapi sekarang perlu dipersiapkan untuk menghadapi persaingan global sehingga guru perlu menerapkan paradigm berpikir coaching dalam berinteraksi dengan anak didik. Sebagai guru penggerak, pengetahuan ini harus disebarkan ke rekan sejawat bahkan jika perlu menjadi budaya positif di sekolah. Sekolah harus menjadi rumah kedua bagi anak didik, dimana mereka merasa nyaman dan bahagia didalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun