Kini Malia yang sedang berkerja sebagai karyawan Bank BCA di kota Makassar hanya bisa telponan dengan Brada setiap akhir pekan. Terkecuali pekan ini, Brada sudah izin akan ke pulau untuk fokus pecahkan kasus pembunuhan kepala desa di kampungnya. Kerja kasus misterius di pulau yang hening ia bisa melacak semua kontak yang pernah berkomunikasi dengan korban.
"Sayang ibuku menelpon, katanya ayah Lisa sedang di rumah. Mereka merencanakan pesta pernikahan kami tahun depan. Please! Aku mohon, bolehkah aku menikahi Lisa? Jika tidak bisnis orang tuaku hancur. Orang-orang harus tahu juga bahwa aku suka lawan jenis" bujuk Andir sembari mengelus-elus kepala kekasihnya ituÂ
Andir memang orang kaya, tetapi ketika bisnis orangtuanya putus dengan kerjasama orangtuanya Lisa maka semua itu berakhir.Â
"Sayang, Lisa juga chat aku sayang" bujuk Andir dengan manja sembari mengutak-atik hp. Ia juga takut mengangkat telepon atau balas chat tanpa seizin pacarnya itu.Â
"Sayang gimana dengan kerjaan kamu? Kita sudah hari ketiga berduaan di villa ini, bukannya aku bosan, tapi bagaimana jika kasus itu tidak terpecahkan? Aku mau dapat uang jajan dari mana? Orangtuaku hanya berikan aku asetnya setelah menikah dengan Lisa? Saat ini aku hanya andalkan duit dari kamu. Duit dari orangtuaku hanya untuk perawatan sayang. Ayahku memang kaya tapi..."
"Mayat kades itu aku buang di tengah laut, dari perjalanan kemarin dulu"
"Astaga, innalilahi "Â
"Kau!"
"Jangan macam-macam denganku". Ancam si Brada dengan tegas.Â
"Dulu ia pacarku, tapi setelah menikah lagi dan menjabat kades periode kedua, is tak mau lagi bercinta denganku. Mungkin ia sudah taubat. Dipikirkannya aku menjijikkan bagi pria sepertimu".
Andir tiba-tiba gemetar. Boxer biru layar hello Kitty yang ia gunakan tiba-tiba basah. Ia mengompol.Â