Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tokek dengan Lalat

30 Maret 2024   14:23 Diperbarui: 30 Maret 2024   14:29 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua pasangan suami istir itu mencuri perhatian warga kompleks setiap paginya. Pasalnya tempat pembuangan sampah sementara itu berada di sudut lorong, juga jalanan alternatif antar perumahan sebelah. Sehingga banyak warga yang lalu lalang di sekitar tempat sampah itu. Sementara pak Selamat juga setiap pagi selalu bekerja menangkap lalat-lalat di tempat sampah tersebut untuk kebutuhan nutrisi tokek-tokeknya.

Tampak tokek-tokeknya pak Selamat di kandang sedang kelaparan. Antara tokek yang satu dari kandang berbeda saling bersahutan. Ada yang berukuran besar, kecil, unik dan berkarakter. Tokek-tokek tersebut rupa-rupa warnanya, tidak monoton satu warna seperti tokek penghuni rumah tua. Bahkan tokek-tokek yang ia miliki sudah ada yang bisa bunyi bertingkat dengan nada hitungan ganjil 5, 7, 9. Namun para pembeli tokek tentu tidak hanya membeli karena bunyinya tetapi yang mereka lihat sudah berapa garis-garis di tubuh tokek tersebut. Bahkan ia sudah memiliki tokek dengan ukuran 46 cm. Tentu harganya jutaan.

Tokek-tokek berada di kandang yang cantik, tepatnya di bagian belakang rumah perumahan beliau. Tokek-tokek tersebut pun bernafas dengan baik karena ada taman dan fentilasi. Ia memang memanfaatkan ruang kosong dua kali dua persegi tersebut sebagai tempat kandang binatang peliharaannya tersebut. Sudah kurang lebih tujuh tahunan ia jalani profesi tersebut sejak pensiun muda dari kerjaaannya di Surabaya. Ia eks karyawan Binamarga Surabaya. 

Suara tokek-tokek pak Selamat saling bersahutan siang malam. Suara-suara tersebut menjadi hiburan tersendiri baginya dan keluarganya. Ia pun tidak langsung mendapatkan pembeli yang cocok. Sudah banyak pembeli yang datang silih berganti. Bahkan anak-anak pak Selamat sudah menyebarluaskan di market place tentang jual beli tokek-tokek antik dan unik.

Pagi ini sedikit mendung, bahkan di luar sana ada pelangi. Cuaca ini petanda lalat-lalat akan berkeliaran di tempat sampah.  Tokek-tokek di belakang rumahnya saling bersahutan. Tampaknya mereka kelaparan. Lalat-lalat kemarin sudah habis semalam. Nyamuk-nyamuk di rumah beliau juga sudah terlahap habis atas tokek yang jinak beliau yang sengaja dilepas untuk pengusir nyamuk. 

"Bapak perlu istirahat, tidak usah keluar rumah dulu. Bahkan bapak tidak perlu bersentuhan dengan binatang. Penyakit bapak sepertinya alergi dengan binatang, binatang apa pun itu" tegas pak mantri yang datang memeriksa pak Selamat.

Rupanya ia sedang terbaring sakit. Istrinya semakin bingung entah ia harus bagaimana. Hanya pak Selamat yang tahu menyelamatkan tokek-tokeknya. Hanya ia pula yang tahu menjerumuskan lalat-lalat agar dimangsa oleh tokek-tokek.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun