Rombongan pak desa dan jamaah masjid Nurul Iman Belanga berdatangan. Mereka dengar kabar dari utusan pak dukun. Demikian jamaah masjid juga dapat kabar dari utusan penyelam itu.Â
Riuh tangis dari sanak keluarga kedua korban. Hujan dari langit tiba-tiba terhenti tergantikan dengan hujan air mata. Air pasang kembali turun, air sungai tidak begitu deras. Rombongan sapi para penggembala satu persatu persatu berhasil menyeberang. Semuanya selamat kata pengembala. Kecuali sapi jantan yang berumur tiga tahun, sudah menjadi ritual tahunan bahwa harus ada yang dikorbankan. Diberi makan buat buaya, ikan, dan penjaga sungai lainnya.
Ibu Sumanga tampak pasrah atas kejadian ini. Sementara ibu Lawu masih menunggu kabar dari dukun. Kata dukun, saudara kembar buaya si Lawu akan datang esok hari memberi kabar. Siapkan sesajen di rumah. Tentunya dengan ayam jantan, pisang kepo dia sisir, rokok dua bungkus dan duit seikhlasnya, kata salah satu anak buah pak dukun.Â