Pedoman hidup yang berlaku bagi masyarakat adat Kajang terus dipedomani bagi tetua (Ammatoa), orang tua hingga generasi milenial mereka. Uniknya bahwa di mana pun mereka berada pedoman tersebut tetap tertanam dalam diri mereka baik dalam bersikap maupun berperilaku.Â
Hanya ada beberapa generasi milenial yang melanjutkan studi di perguruan tinggi di kota Makassar dan daerah lainnya tidak menampakkan diri sebagai warga suku Kajang. Hal tersebut tidak nampak pada pakaian yang serba hitam dan tanpa akas kaki serta tanpa kebutuhan elektronik lainnya. Berbeda dengan Ammatoa atau yang orang tua sebagai pemegang amanah suku tersebut, di mana mereka tetap menjalankan tradisi yakni berbaju hitam, tanpa alas kaki dan tanpa elektronik.Â
Apa yang dipedomani oleh masyarakat adat Kajang adalah sesuatu yang hidup. Hidup dalam artian tidak hanya benda mati tetapi menjadi pedoman, nilai dan hal-hal positif yang berdampak pada masyarakat adat Kajang. Olehnya itu Pasang Ri Kajang tetap menjadi sesuatu yang mengalir dalam diri setiap generasi di sana. Sehingga banyak pembesar, banyak kalangan di luar di Bulukumba berkunjung dan berguru tentang kehidupan. Bagaimana mereka bisa bertahan di tengah arus demokrasi dan modernisasi saat ini. Adalah prinsip hp hidup dan keyakinan atas adanya Pasang Ri Kajang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H