Aktivitas petani menambah daya tarik di pagi hari dan di sore hari. Terlebih kesejukan bukit, gunung, hutan, gua-gua, dan persawahan menyejukkan dan meneduhkan mata.Â
Pemandangan indah tersebut dapat terlihat di musim tanam padi seperti saat ini di bulan Desember. Hanya saja, pemerintah setempat dan pengelola pariwisata tidak pernah mengaitkan kedua hal tersebut. Wisata adalah titik kumpul, sementara perjalanan ke lokasi tujuan titik kumpul yang dimaksud juga bagian dari wisata.Â
Di arah utara Bantimurung misalnya di area hutan batu karst Rammang-Rammang, yang membuat kelihatan hidup daerah tersebut karena adanya aktivitas petani, ke utara lagi di taman prasejarah Purbakala Balocci Pangkep juga demikian, ke timur sedikit ke gunung Bulusaraung akan nampak aktivitas petani, baik dari atas puncak gunung maupun sepanjang perjalanan pendakian akan tampak aktivitas pertanian yang menambah eksotisme kedua daerah tersebut.
Apa yang keliru dari narasi di atas, tidak lebih atas minimnya partisipasi masyarakat petani atas aktivitas kepariwisataan. Padahal mereka lahir di tempat tersebut sebagai petani, hanya kehidupan moderenlah yang mengklaim wilayah mereka sebagai taman nasional, hutan lindung atau atas kepentingan perlindungan tempat dan taman bersejarah sehingga daerah tempat mereka hidup dan berkembang sehingga disebut sebagai daerah taman wisata.Â
Lalu kenapa mereka tidak dilibatkan, kenapa masyarakat tidak ikut mendukung?
Ada dua sisi yang berbeda dan ada penafsiran yang keliru serta kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam bidang pemberdayaan masyarakat daerah taman wisata, seperti pada dua kabupaten yang dimaksud.
Di musim hujan seperti ini, ada beberapa kreativitas yang dapat menjadi obyek wisata alternatif yang dikelola oleh petani. Misalnya persawahan, empangan sawah, rumah-rumah sawah, pemancingan serta kreativitas lainnya yang bisa menunjang aktivitas pariwisata di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.Â
Sehingga pihak terkait mesti memikirkan hal tersebut dan melibatkan kelompok petani, kelompok pemuda tani, pemandu wisata serta elemen lain yang dapat menyukseskan kepariwisataan yang berkearifan lokal dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H