Maisurah kembali meracik kopi. Ia memulai blending 80 persen biji kopi Arabica dan 20 persen biji kopi Rebusta untuk satu kali pendidihan. Tampak ia menimbang masing-masing 12 gram per gelas, ditambah creamer kurang lebih 70 gram. Memang sedikit pekat. Bahkan terkadang tanpa kreamer untuk peminum kopi di atas umur 60-an demi untuk menghindari tuduhan atas kedai kopinya yang membuat orang berpenyakitan. Gula basah! Bisik Maisurah.
Setelah beberapa kopi susu dan kopi hitam diantar oleh Maisurah ke depan sel tahanan, tiba-tiba kantuk para peminum kopi itu lenyap seketika. Mereka pun diperbolehkan merokok oleh komandan Tedi.Â
Yah! Aku melihat ada....?
Suara itu, tiba-tiba bersamaan dari mulut para lelaki itu, setelah menyeruput kopi dan menghisap dalam-dalam rokok gudang garam mereka.
Lanjutkan! teriak pak Tedi dari dalam kantor. Ia berlari mengambil alat perekam beserta alat catatan lainnya. Mari! sembari tangannya memanggil polisi yang lainnya. Wartawan tidak boleh masuk, keluarga korban juga tidak boleh masuk! Seru pa Tedi, sembari memasang tongkat polisinya itu, layaknya Vijay atau Tuan Takur di dalam film India itu.
Aku melihat anak lelaki sedang manjat di atas atap saat kami meminum kopi di subuh hari. Mereka memang sedang ronda dan bermalam di kedai kopi Maisurah itu. Di jam ronda warga, selalu dapat jatah kopi gratis dari pemilik toko roti itu. Kecuali roti yang dijual oleh Maisurah tak boleh gratis. Ia bermitra dengan tuan roti itu.Â
Memang sejak toko roti itu terbuka selalu diserbu pelanggan. Apakah si pembunuh di juragan roti itu adalah saingannya? Apakah penjahat yang DPO itu adalah debt collector yang selalu mengintai rumah juragan roti itu? Apakah para peminum kopi di kedai kopi Maisurah itu adalah pelanggan resminya, ataukah jangan-jangan ada mata-mata di antara peminum kopi itu?
Para polisi terus mencoba mencari kata kunci dari mulut-mulut yang berbau kopi dan asap rokok itu. Kata-kata yang mereka tunggu seakan lanjutan dari sajak-sajak cinta yang dilontarkan seorang pasangan yang sedang jatuh cinta. Atau seakan jawaban atas teka-teki silang di dalam koran Minggu.Â
Kopinya ditambah bu Maisurah. Keluarga juragan roti yang meninggal bersama anaknya itu sudah membayar mahal atas kasus ini. Mereka menunggu siapa pelaku pembacokan sadis ini. Siapa pelaku yang tega membunuh dua orang sekaligus, itupun di dalam rumah korban. Kejadian pembunuhan pun sangat aneh, masih pagi-pagi buta.
Ibu Maisurah, coba ditambah rebusta sedikit dan arabicanya dikurangi, demikian kreamer dikurangi sedikit. Banyak minum yang manis-manis membuat orang mudah mengantuk. Roti hangat pun ditambah. Semua yang engkau sajikan hari ini adalah gratis bagi mereka, semuanya masuk dalam tagihan istri si juragan roti.
Pemuda itu ikut minum kopi bersama kami. Bahkan ia memesan ber gelas-gelas kopi dan berpuluh-puluh bungkus roti. Katanya untuk teman-temannya yang sedang begadang semalam di rumah juragan roti. Bisiknya perlahan, si pak Tua berkemeja putih abu-abu itu.