Terik matahari cukup bersahabat di siang itu. Orang-orang berdatangan, sebagian membawa kado. Mereka makan nasi tumpeng yang telah dibaca-baca (doa syukuran) oleh pak Ustadz, imam kampung Belanga.
Tak sedikit di antaranya bertanya. Kapan kamu menikah? Dulu waktu suami kamu melamar, uang panaiknya berapa? Maharnya apa dan berapa jika diuangkan? Ini anak keberapa? Â Kamu melahirkan di mana? Melahirkan normal apa tidak? apakah kamu operasi sesar? Apakah kamu? Ia suami kamu? Terus, kenapa bisa yah anak kamu tanggal lahirnya sama? Kok bisa? Mereka nakal saat kecil atau sekarang?
Itulah resikonya perayaan ulang tahun di pemukiman baru. Semuanya asing. Semuanya jadi tanda tanya. Untung saja aku dan kakakku bisa memahami bahasa mereka.
ditulis di Maros, 27 NOvember 2023
Â