Rok mini N tampak bergoyang-goyang, sepertinya terkena angin, atau atas doa ustadz BJ. Memang wanita seperti N adalah tipe ustadz BJ. Sepertinya ia terkena puber kedua. Pasalnya setiap wanita yang dilihatnya dengan rok mini yang bergoyang-goyang ia pasti memperhatikannya. Lalu sesampai di rumah atau di tempat peribadatannya kembali membuka layar hape yang dipenuhi gambar wanita dengan rok mini.
N tampak biasa saja. Tak ada yang aneh dan berlebihan baginya. Ia tetap saja berjalan santai, seakan-akan ia berjalan di atas catwalk.Â
Ustadz BJ juga nampak biasa saja, tidak nampak mencurigakan. Dengan kaca mata ribeng dan kamera kecilnya, ia sangat lincah. Bebas memandangi, memelototi hingga memotret dan menyimpan hasil potret secara diam-diam. Setiap usai mengajar di kelas N, tentunya ia lanjut ke studio. Di sana ada kacamata pembesar, ruang kedap suara, serta speaker untuk sekedar mendengar suara seksi N saat presentasi kelas.Â
***Â
N kembali mengenakan rok merah maron. Warna tersebut sama dengan warna kesukaan si BJ, entah kebetulan atau seleranya yang tak berubah. Mahasiswi yang lalu-lalu, juga berkata demikian bahwa, selera si BJ memang beda.Â
Entah ia terkena puber kedua atau bagaimana. Kenapa setiap kali BJ bertemu dengan N atau wanita dengan poster demikian dan mengenakan rok mini, si BJ selalu berkelepak-kelepak. Â Si BJ mencari cara agar si N ke ruangan kerjanya.
Waktu menunjukkan pukul empat sore, si N Â berusaha meyakinkan si BJ bahwa apa yang diperdebatkan di kelas adalah semata-mata hasil kerjanya sendiri. Meski di N selalu saja sibuk, tentu sebagai pekerja paruh waktu ia harus menyisihkan atau membagi waktu dengan baik.Â
Sebagai pekerja malam pun ia harus tanpak fashionable. Ia harus tanpak rapi, bersih dan menjaga nama baik tempat kerjanya. Meski ia ditempatkan di front office, tetapi ia sesekali membantu bagian produksi.
Si BJ sudah mengatur rencana untuk bercanda dengan si N. Paling tidak saat N memasuki ruangan Bj, ia akan terpesona. Cermin ajaib milik si BJ sudah ditata rapi. Apakah aku terlihat gagah? Apakah aku masih terlihat muda? Katanya dalam hati, sembari bersiul.Â
Terdengar suara perdebatan antara si N dengan teman kelasnya. Tanpak si BJ menyeka setiap pertanyaan yang tak berujung. Teman-teman N begitu ngotot memenangkan diskusi, layaknya teori kekuasaan bahwa siapa yang tinggi status sosialnya maka dialah yang dominasi diskusi. Sementara Bj tak peduli dengan alur perdebatan. Ia hanya fokus pada suara merdu di N.