Semuanya adalah bungaÂ
Dari puncak gunung hinggaÂ
Jalanan, berjejer bunga-bunga
Mata dan hati selalu berbunga-bunga
///
Di puncak gunungnya
Ada bunga abadi
Di taman, ada kembang melati
Di jalan desa pun, ada nama bunga di sana
///
Aku tak berani memetik
Aku takut tangkainya patah
Daunnya tak berbunga,Â
bunga lain pun akan iri padanya
///
aku hanya berpose pada salah satu bunga
di taman, kelak jadi ingatan bersama
bunga yang lain pun cemburu padanya
hingga dirinya tak berdaya, tak berbungaÂ
///
lalu bunga lainnya mengajakku bercengkrama
ia hanya bunga, kenapa harus abadi
ia hanya bunga, kenapa harus layu
ia hanya bunga, kenapa harus jadi kota
///
Hingga suatu saat ia bertanya
mengapa harus di bawa ke kota
ia hanya bunga desa
Tak perlu ia ramai, di desa ia sudah ramah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H