Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Trip

Sebuah Perjalanan, One Night Two Days Two Trips

6 April 2023   23:18 Diperbarui: 7 April 2023   08:20 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita kami pulang dan tidak jadi memilih kost ekslusif, atau pun hotel. Ingin ke pusat kota begitu macet luar biasa, ingin memilih sembarangan hotel seperti saya sebutkan di awal tercium bau amis. Konon menurut cerita hotel-hotel yang kami pilih adalah hotel persinggahan saja bagi para pengendara dari kabupaten lain. Kira-kira mereka yang sedang melakukan perjalanan sehari semalam, begitu. 

Dua tiga hotel dan beberapa kost ekslusif pilihan tadi sangat tidak masuk akal bagi kami yang sedang ini liburan sehari atau semalam saja. Namun kondisi yang tidak memungkinkan kami pun harus kembali pulang ke rumah dengan menempuh jarak yang lebih lama yakni 3 jam 15 menit 45 detik. 

Tibalah kami di pintu rumah, jam menunjukkan kurang lebih jam satu subuh. Anak-anak saya pada lelah dibonceng  motor, mereka tertidur di atas roda dua itu layaknya menginap di sebuah hotel. Untung saja mereka tak paham percakapan saya dan istri, untung saja mereka tidak terbangun sejak di atas motor baik di saat berangkat hingga pulang. 

Keesokan harinya mereka mencari kolam renang, nasi goreng, teh hangat, roti bakar, rebusan-rebusan seperti yang diliat dari review hotel yang akan kami tuju melalui tontonannya. Untuk menghibur mereka, sejak bangun pagi tanpa mandi kami mencari sungai-sungai di pedalaman dengan jarak tempuh dari rumah kami kurang lebih 2 jam. 

Perjalanan siang hari ini kami ubah rute yakni dari kota ke desa. Kami memilih jalan berliku yang tidak macet seperti cerita di atas, suasana jalan amatlah tenang, tidak ada suara bising, polusi pabrik semen dan marmer tidaklah sampai di tempat ini, melewati 2-3 bukit bambu, air terjun, kicauan burung elang sembari mengintai ular-ular sawahan di pematang. 

Jalan amatlah sepi, entah tempat dan jalannya namanya apa? Handphone dengan mode gratis sehingga tidak ditemukan di peta HP saya, tak ada pesan masuk lebih-lebih panggilan suara, dan sebagainya. Tiba di ujung jalan, trip terbayarkan dengan poster seolah-olah menceritakan kenyamanan hidup tanpa polusi dengan rumah sawahan diitari saluran air mengalir. 

Sungguh indah tanpa ada bau amis menyengat hidung. Di pinggir sungai, dekat pematang sawah kami bentangkan ayunan sembari meninabobokan dua bocah kami. Utang-utang terasa terlupakan, namun utang tetaplah utang harus terbayarkan layaknya hajatan tadi, kini sudah terbayarkan sisa utang rupiah saja yang belum terbayar. 

Tapi sudahlah kami nikmati dulu stay cation di sebuh desa yang jaraknya kurang lebih empat jam dari pusat kota tersebut. Sayang kami tidak bisa mengunggah foto-fotonya, sebab jika terunggah saja satu di antaranya orang-orang akan menebak hotel yang kami maksud, kota yang kami maksud, tercemar nama pejabatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun