Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surga Para Perokok

31 Maret 2023   16:47 Diperbarui: 31 Maret 2023   17:05 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari mana aku bercerita tentang larangan merokok?

apakah dari papan-papan berjalan di kantor-kantor?

apakah dari bungkus-bungkus rokok yang berjejer di kios-kios?

dari mana aku menemukan para pelamun sunyi?

kalau bukan dari perokok

dari mana aku  menemukan teman sejati?

kalau bukan dari rokok

dari mana aku menemukan diksi rokok?

kalau bukan dari puisi-puisi taufik ismail,

yang menyebut Indonesia sebagai surga perokok.

di kapal-kapal, di mobil, di motor, 

dari mana saja orang merokok.

di rumah mertua, menantu bersama mertua di sana mereka merokok

di ruang terbuka, di ruang ber AC di sana ada perokok

di hutan-hutan, di gunung-gunung, di sana para pendaki merokok

di rumah sakit, di sana pasien dan dokter merokok 

di kantor polisi, di sana tahanan dan penjaga merokok.

di rumah para guru, di sana murid dan guru merokok

di senayan, di kantor-kantor, di sana atasan dan bawahan merokok 

di warung kopi dan di bar-bar, di sana rokok bersama puntung puntung berserakan.

di mana aku dapat larangan merokok?

jikalau bukan dari dalam diriku? kata seseorang yang berhenti merokok

di mana aku dapat larangan merokok?

jikalau bukan dari anak yang sedang menyaksikan ayahnya sedang mengisap tembakau

ia lalu menggulung kertas diisinya jenggot-jenggot jagung muda sembari berlarian ke hadapan ayahnya,

lalu berkata ayah aku juga bisa merokok

lalu kenapa harus ada larangan merokok di tembok

bukan di mulut, bukan di kios, bukan pada gelas kopi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun