Situasi ini juga menjadi pemicu bagi saya lebih memilih buka puasa di rumah bersama keluarga atau memilih buka puasa di masjid yang tampak memberi kesan bahwa kebersamaan sungguh luar biasa. Semua hidangan sama saja dan duduk bersila, hal ini menjadi simbol keeratan antara jamaah yang satu dengan lainnya dan tidak membedakan kelas sosial.Â
Berbeda jika buka puasa di rumah pimpinan, di kantor atau di rumah petinggi negara lainnya selain untuk mengantri dapat makanan, dapat macet, antri untuk berwudhu, shalat berjamaah dan demikian pada saat pulang ke rumah tentu tidak dapat jadwal shalat tarawih berjamaah. Sehingga wacana buka puasa bersama tidak semua bernilai positif bagi orang tertentu meski lebih mendahulukan aspek ibadah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H