Di sore hari yang cerah berawan bersama kawan menyusuri kota
di tengah perjalanan, kami di penghujung sore di sebuah sudut kota yang ramai
ada yang berseliweran ke sana ke mari, sepertinya mereka muda mudi
tak seperti kami ini yang tak sudi dikatakan muda lagi
ada yang mengais koin yang jatuh, di tong-tong sampah
ada pula yang sedang bernyanyi di bawah tenda, menyanyikan tentang kesedihan
atas kota yang ramai, tapi satu per satu terasa asing baginya
ia terus menyanyi, memainkan gitar tanpa lelah
di bawah tenda-tenda lain, sedang mengumpulkan koin pula
ternyata, dengan cara yang lain, tak biasanya
mereka semua menerima yang asing, semakin asing semakin
ramai, semakin larut semakin asing baginya, ah ia tak peduli keterasingan.
aku bergegas bersama kawan, begitu juga kawanan lainnya ada yang baru datang
semua nampak asing, sesekali mereka memotret dirinya yang asing itu
di lepas satu per satu wajahnya yang asing, dengan kedipan cahaya malam
aku bergegas, mencari kawanan baru, agar aku tak asing lagi
bersama kawan, di kota ini kita semua asing
kecuali berani memeluk diri sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H