Menjelang perayaan hari bumi sedunia 22 April 2023 dan hari lingkungan hidup seduni tanggal 6 Juni 2023 mendatang, beberapa kelompok masyarakat mengadakan even bertajuk selamatkan bumi dan pelestarian lingkungan.Â
Kelompok masyarakat tersebut beberapa di antaranya diprakarsai oleh pemerintah itu sendiri baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dari perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan baik BUMN maupun swasta, akademisi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam bidang pemberdayaan dan lingkungan, serta dari kalangan kelompok pencinta alam.Â
Even-even tersebut tentu berangkat dari keresahan atas permasalahan iklim (climate change) yang tidak menentu, permasalahan pemanasan global, hingga permasalahan lingkungan sekitar.
Kegiatan tersebut tentu merupakan murni lahir atas gagasan dan perhatian beberapa kelompok masyarakat untuk melihat bagaiaman bumi ini sehat dan bagaimana lingkungan terawat dengan baik. Dengan upaya tersebut yang dilakukan tentu akan berdampak kepada bumi dan lingkungan baik sifatnya holistik maupun yang lebih praktis.Â
Sebagaimana ketika kita menanam pohon mangga misalnya kelak kita bisa berteduh di bawahnya dan beberapa tahun kemudian ketika berbuah kita bisa memakan buahnya. Demikian jika bumi ini sehat tentu kita bisa meminimalisir berbagai bencana serius yang menghantui umat manusia. Terlebih jika lingkungan sekitar sehat maka kita bisa bernafas dengan baik hingga tubuh kita sehat, pikiran sehat, dan pekerjaan kita lebih produktif.Â
Menjaga bumi dan melestarikan tentu tidak hanya dalam bentuk-bentuk dialogis akademis seperti seminar, FGD, dan kuliah umum terkait lingkungan hidup. Namun adanya dialog akademis akan menjadi  langkah awal bagi para penggiat lingkungan dan pencinta alam.Â
Dalam forum-forum akademis terdapat transformasi pengetahuan dari pakar, pengalaman dari praktisi lingkungan, dan juga pengalaman masyarakat sebagai individu yang merasakan dampak kerusakan lingkungan hidup. Sehingga forum-forum tersebut akan menjadi edukasi bagi peserta dan masyarakat luas bila yang apa yang disampaikan ditayangkan dan dirilis secara online.Â
Kita tidak pernah sadar bahwa sebagai individu yang hidup di era saat ini bisa saja kita merupakan bagian dari perusak lingkungan. Dalam keseharian kita mulai dari makan, minum, mandi dan lain sebagainya pada dasarnya tidak terlepas dari aktivitas nyampah.Â
Sebut salah satu contohnya ketika kita membiasakan diri mengkonsumsi makanan kemasan akan menambah produksi kemasan plastik. Selanjutnya ketika kita mandi dengan keramas menggunakan shampo juga turut menyumbang produksi kemasan sampo.Â
Ketika muslim misalnya pada saat wudhu di masjid paling tidak menggunakan dua liter air. Volume air yang digunakan bila dijumlah dengan orang-orang yang menggunakan dan kuantitas masjid di Indonesia (kurang lebih 5 ribuan) apakah tidak menambah produksi sumber air.Â