Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kuliner Nusantara Pemersatu Bangsa

8 Maret 2023   18:00 Diperbarui: 8 Maret 2023   19:39 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
makanan rumahan, dokpri

Dari setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas kuliner masing-masing. Mulai dari kuliner berjenis makanan berat hingga makanan ringan, sebut jajanan pasar. Kuliner Nusantara atau khas daerah masing-masing memiliki perbedaan rasa, bahan dan bumbu, proses pengolahan, hingga penyajian. Perbedaan tersebut tentu didasarkan dari keadaan geografis dan kultur masyarakat kita yang beragam. Beberapa di antanya juga mengalami proses akulturasi budaya baik dari masa penjajahan, jalur perdagangan, jalr migrasi hingga pengaruh budaya populer saat ini. Faktor-faktor tersebut dapat saja menjadi pengaruh atas jenis dan karakteristik kuliner nusantara.

Seiring berjalannya waktu, kuliner Nusantara sudah tersebar pada masing-masing daerah di Indonesia termasuk di luar negeri. Adanya arus masyarakat yang datang dan pergi, bisnis, pendidikan, kawin mawin antara budaya di Indonesia, turut menyumbang persebaran kuliner di seluruh Indonesia. Sebut salah satunya adalahh nasi padang (yang asalnya dari Padang Sumatera), kemanapun kita akan menjumpainya di setiap kota-kota kabupaten dan kota provinsi di Indonesia. 

Demikian soto dan Bakso (yang asalnya dari pulau Jawa) semua lidah bisa menikmatinya setiap hari di manapun, kapan pun. Pasalnya di mana ada kompleks perumahan di situ ada penjual soto dan bakso. Terlebih bakko tidak hanya berupa kuliner yang dijual di warung saja melainkan para pedagang kuliner yang satu ini akan keliling di setiap komplek perumahan, di kampus-kampus, di sekolah-sekolah, dan di perkantoran. Sehingga terkadang kita merasa bahwa di mana ada keramaian di situ ada bakso. 

Selain soto dan Bakso, salah satu kuliner yang sangat merakyat dan dapat ditemui pada setiap wilayah di Indonesia yakni Sate. Sate meski memiliki beragam nama yang melekat serta jenis daging dan bumbu yang berbeda digunakannya namun jenis kuliner ini pada dasarnya sama saja yakni jenis daging ayam atau sapi dan kambing yang dipotong-potong, ditusuk kemudian dibakar. Setelah di bakar tentu memiliki bumbu dengan khas sambel kacang.

Kuliner yang satu ini hampir sama dengan tagline bakso tadi bahwa di mana ada keramaian di situ ada sate. Hanya saja sate sedikit repot dan membutuhkan alat pembakaran. Sehingga warung-warung sate biasanya berada di pinggir jalan atau dijajakan keliling. Bahkan para penyuka sate bisa mendapatkannya di setiap pagi terlebih di malam hari dengan perpaduan lontong. Para penyuka sate tentu tidak hanya dibeli atau dikonsumsi setiap saat namun juga bisa dibuat sendiri untuk acara keluarga.

Kuliner selanjutnya yang juga cocok di lidah setiap masyarakat Indonesia adalah Empek-empek Palembang. Empek-empek Palembang kini tidak hanya bisa dikonsumsi di Palembang saja namun hampir di setiap kota besar di Indonesia kita bisa dengan mudah mendapatkannya baik itu dalam bentuk sudah matang maupun dalam bentuk frozen food. 

Ternyata selain empek-empek Palembang yang dikemas dalam bentuk frozen food namun beberapa masakan nusantara lainnya yang sudah dikemas dan dibrand berdasarkan namanya seperti Gudeg (jogja). Makanana khas Jogja yakni Gudeg ini sekarang bisa didapatkan di warung kondang dan warung khas Jogja maupun secara online di aplikasi go food, grab food, maupun shoope food. Makanan dengan kemasan forzen food tentu bisa diakses dan dikirim seluruh Indonesia.

Berbeda lagi makanan berat yang berasal dari Kota Makassar yakni daging-dagingan seperti coto Makassar, Pallubasa, Sop Saudara dan Sop Konro. Mungkin saja hanya ada di kota besar di Indonesia atau pada masing-masing di kota Provinsi di luar pulau sulawesi. Namun tidak menjadikan kuliner khas kota Makassar tersebut menjadi terbatas sebab selain dapat dibeli secara langsung kini beberapa rumah makan di kota Makassar sudah menyiapkan bumbu jadi dalam kemasan. Adanya ketersediaan bumbu jadi tersebut tentu sama halnya dengan kuliner lainnya yang bisa diakses secara online dan pengiriman seluruh wilayah di Indonesia.

Dari setiap jenis kuliner khas daerah tertentu memiliki identitas simbolik selain cita rasa yang menggugah selera. Identitas simbolik ini yang bahkan melekat pada nama daerah tersebut. Misalnya nasi padang yang khas dengan rendang dan sambel ijo. Dari segi penamaan kuliner ini di manapun akan melekat nama daerahnya. Meski di daerah asalnya di padang tidak sama taste, penyajian dan nuansa nasi padang di kota lain. Demikian dengan menu kuliner lainnya yang memiliki nama tersendiri antara nama kuliner dengan nama daerha yang mengikutinya. 

Sangat menarik jika hal ini dikaji berdasarkan perpektif onomatopea, linguistik antropologis, atau ilmu antar disiplin lainnya mengingat setiap penamaan kuliner nusantara memiliki nama yang unik, beragam, tekstur, porsi, waktu mengkonsumsinya, proses penanakannya hingga proses penyajiannya. 

Di mana pun kuliner nusantara tersebut disajikan maka ia akan menyesuaikan kondisi geografis di wilaya tersebut. Meski berada jauh dari area asalnya namun tetap dinikmati dan rasanya tetap beradaptasi di mana ia berada. Sebut salah satu contoh, beberapa wilayah di Indonesia menyajikan soto ayam digabung dengan nasi. Namun beberapa suku lainnya di Indonesia tidak terbiasa memakan soto dicampur dengan nasi, sebab bagi mereka nasi adalah nasi dan soto adalah kuah untuk nasi bukan sebaliknya nasi yang menimpali soto.

Namun perbedaan cara penyajian tersebut tentu tidak membuat lidah dan lambung bertikai apalagi antara penjual dan pembeli yang berbeda budaya. Justru malah menjadi keunikan tersendiri pada masing-masing wilayah, sebab tentu menyajikan kuliner tertentu berdasarkan kondisi geografis pada masing-masing wilayah. 

Sebut di kampung halaman saya di Sulawesi bahwa ketika jam makan tiba maka harus makan berjamaah dan nasi menjadi makanan pokok dengan penyajian menu beragam karena kami keluarga petani padi yang tidak cuku jika hanya makan seadanya. Pola makan ini tentu berubah jika saya berprofesi sebagai mahasiswa tentu harus makan seadanya sebab tidak lagi menggarap sawah tetapi lebih banyak duduk di bangku dibanding bekerja dengan tenaga ekstra di tanah  garap. 

  Meski berbeda-beda dalam berbagai hal dan kebutuhan perut setiap orang. Salah satunya adalah proses penyantapannya namun sejauh ini kuliner tersebut sepanjang di wilayah NKRI, kuliner nusantara menjadi pemersatu bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun