Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nenek Pedagang Kacang di Angkot

6 Maret 2023   05:30 Diperbarui: 6 Maret 2023   22:07 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nenek penjual kacang goreng, sumber foto: palingseru.com

Seorang nenek tangannya melambai petanda menghentikan sebuah angkot. Ia pun kemudian duduk bersebelahan dengan saya paling belakang. Saya sengaja memilih duduk paling belakang agar tidak sering menekuk lutut dan memeluk tas ransel saya ketika ada penumpang yang baru naik atau hendak turun. Naik di angkot berwarna biru muda jalur kota Makassar ke kota Maros adalah pengalaman pertama sejak 15 tahun usai kuliah. Sejak gaji pertama saya gunakan kredit motor, pada saat itu pula tidak pernah lagi mencium aroma pedagang kaki lima di angkot, aroma ikan basah, ikan kering, bau keringat hingga aroma musik dangdut Rhoma Irama dengan lirik sarjana muda engkau risau mencari kerja.

"permisi nak, sapa nenek itu"

Iya nek, dari mana nek

"dari menjual kacang rebus nak, kamu dari mana? Kenapa seperti orang baru di angkot ini? Angkot ini angkutan para pedagang asongan"

Saya dari kampus nek, motor saya rusak sudah dua hari di bengkel resmi yamaha. Sejak saya beli motor itu memang jarang diservis, barangkali ia butuh rehat sejenak. Sejak dibeli roda dan mesinnya berjalan terus tanpa henti kecuali libur, itupun terkadang saya pakai bersama anak istri ke taman kota Maros sekedar jalan-jalan, jajan makanan, atau jajan buku gambar di toko ABC buat anak-anak.

"oh begitu" Dulu kami punya teman pedagang asongan juga, anaknya namanya Aini sedang kuliah kedokteran di Makassar. Tapi bukan tokoh Aini di dalam novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata itu.

Oh ya nek, rupanya nenek pernah baca juga novelnya Andrea Hirata tentang Debut dan kawan-kawan itu yang pernah bikin aksi debut demi uang sekolah Aini.

"kami juga punya kisah yang hampir sama dengan Ibunya Aini, bedanya kami hanya pedagang kacang rebus, pedagang asongan, dan pedagang ikan, hanya saja tak ada kutu buku seperti tokoh di dalam novel itu". Kami sedang mencari penulis sebenarnya nak untuk mengkisahkan para pedagang kaki lima, sopir angkot yang sedang tak ramai di kota ini, angkot sekarang cuman satu itupun mengantar jemput saja, dulu ada juga rekan kami yang menjual kopi di angkot ini tapi kabarnya ia keracunan kopi. Entah siapa yang meracuninya, entah kopi sianida yang ia minum, atau kopi dengan garam, atau itu persaingan bisnis kopi, sebab ada juga rumor beredar bahwa kopinya bukan kopi sehati murni tetapi itu kopi hitam campur jagung. Sayang tak ada penulis di antara kami jadi tak ada yang mengkisahkan nasib kami. Nenek juga tak punya cucu, andai nenek punya cucu saya ingin dia kuliah jurusan bahasa saja. Sebab di antara kami juga tidak ada yang fasih berbahasa Indonesia, sementara pelanggan kami rata-rata anak rantau yang tak paham bahasa Makassar, bahasa Bugis, atau bahasa Dentong.

Nek sebentar lagi saya sampai, rumah saya antara penjara itu dengan tempat pembuangan sampah, tepatnya setelah kampung Bugis Maros nek! maaf saya tidak beli banyak kacang rebus nya lima ribu saja yah nek, soalnya saya sama anak sulung saya alergi kacang. Saya seperti Saka pemeran dari film Mantan tapi menikah itu nek. Bedanya Saka artis terkenal saya hanya anak petani yang mencoba mencari rezeki di bidang pendidikan nek, kata ibu bapak saya sekolah yah nak karena tidak ada warisan kamu dari kami yang juga tidak punya warisan dari ibu bapak kami, kami juga anak rantau. Semua manusia perantau di dunia, kata mendiang ibu saya.

Kiri daeng! Saya turun di sini nek, saya menelusuri lorong perumahan saya berpapasan para gembala yang sedang pulang dari menjemput sapi dan kerbau mereka sedang mengais sampah di tempat pembuangan sampah.

Sesampai di rumah,

"Kacang ku rebus, Isinya aku makan, Sarinya aku minum,Pengganti tangis dan rindu, Tak lupa aku kirim doa kepada pemiliknya, Lalu kresek merah itu aku jadikan, Pembalut pada sisa luka.

Aku asyik mendengar suara hujan tanpa petir, Mungkin ini hujan antara April dan Mei, Bukan hujan kiriman, atau sebentar lagi, Juni menyambut kemarau yang panjang, Nafas hujan itu menghantar rindu bulan, Di timur laut, Besok angkot ini akan penuh, Dengan Para pengamen jalanan bersama, Pedagang kacang, Nelayan dan Hasil nelayan, akan di bawah ke pasar di bawah jembatan layang.

musik di angkot berhenti sejenak cukup untuk menghargai petir, namun hujan tak berhenti, roda detik pada mesin angkot juga tak berhenti, namun Aku memilih terhenti di depan pos penjara, ada namaku di sana, aku susuri lorong jauh dari angkot, dengan bau membius seperti ikan mati tak di bius, aku menutup hidung lalu membuka telinga, pita radio berbunyi pelan, para napi teladan menghadap tuhan.

hujan tetap melanjutkan doanya di penghujung sujudnya, penjual kacang rebus di angkot, hanya bisa membalikkan telapak,sembari mengucap syukur atas doa para napi yang memakan kacangnya, Andi Samsu Rijal, ditulis di Maros April 2019"

**

Saya makan kacang nenek itu sebiji dua biji sekedar mencicipi bagaimana rasa kacang dari nenek itu yang katanya di tanam sendiri di pinggir sungai di bawah ah jembatan kampung tanah didi tanralili (nama kampung nenek itu). Semoga tidak kenapa kenapa di muka dan di kepala saya sebab jika makan kacang terlalu banyak jerawat saya bermunculan. Ah itu prasangka saja, tubuhmu yang tidak mampu memproses makanan dengan baik karena sudah tua, begitu kata istri saya sembari membantu anak saya menghabiskan kacang rebus itu.

Ditulis di Yogyakarta 4 Maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun