Diabetes kini mengancam siapa saja. Dulu sering kita dengar, para orang tua terkena penyakit gula atau lazim disebut diabetes. Saat ini tak hanya penyakit tersebut melabeli penyakit orang tua namun juga mengancam generasi kita yakni anak-anak.
Tentu berita-berita yang beredar terkait penyakit diabetes yang kini juga mengancam anak-anak seakan menteror para orang tua, yang tidak ingin membiarkan anaknya sakit diabetes.
Apa sih diabetes? Apakah semua makanan mengandung atau berpotensi memicu diabetes?
Saya bukanlah pakarnya dan tidak akan membicarakan lebih detail dalam ulasan ini. Kita bisa berkonsultasi ke dokter agar apa yang kita bagi melalui tulisan dan terlebih pada berita online tidak menyesatkan kita. Terlebih kita sangat gampang menghantui orang di keluarga kita atas informasi yang kita dapat begitu juga dengan orang lain yang membaca berita yang kita sebar.
Dalam kamus KBBI daring disebutkan bahwa diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan sekresi dan ekskresi urine dalam jumlah yang banyak, terutama diabetes melitus, penyakit kencing manis.
Penyakit ini sangat identik dengan penyakit gula. Dampak dari penyakit ini cukup mengkhawatirkan bagi penderitanya. Sebab diabetes dapat merusak pembuluh dara kecil di ginjal, jantung, dan sistem saraf. Sehingga jika tidak ditangani maka akan menyebabkan berbagai penyakit fatal seperti stroke, jantung, dan penyakit lainnya.
Melihat informasi tekstual tersebut dan melihat konteks ke Indonesiaan teakait penyakit diabetes ini bahwa kondisi negara kita saat ini merupakan salah satu negara dengan penderita penyakit diabetes. Berdasarkan data kemenkes bahwa penderita diabetes menjadi angka 30 juta jiwa.
Dari angka tersebut ternyata tidak hanya orang dewasa melainkan juga anak-anak. Untuk meminimalisir angka penderita diabetes tersebut tentu harus dimulai dari diri sendiri dan dalam keluarga.
Dengan cara apa? Tentunya kita bisa memulai dengan pola hidup sehat. Pola hidup sehat antara lain meminimalisir jajan sembarang yang dapat memicu penyakit diabetes maupun penyakit kanker.
Selanjutnya tentu dengan pola makan yang baik, makan tepat waktu saat tubuh membutuhkan dan tidak terlalu kekenyangan.
Demikian halnya bahwa perlu mengurangi makan nasi putih dengan mengganti dengan menu lainnya dalam artian tidak mesti makan nasi putih tiga kali sehari.Â
Salah satu penyebab utama penyakit tersebut yang menimpa anak-anak kita adalah tidak terlepas dari budaya pop. Budaya pop saat ini sangat memanjakan kita semua; mulai dari makanan yang siap saji, fasilitas yang sangat memudahkan kita sehingga terjadi kemalasan untuk bergerak, berjalan hingga malas beraktivitas fisik.
Melihat angka-angka yang ditayangkan oleh Kemenkes tersebut, lalu sikap kita seperti apa menyikapi fenomena ini? Apakah kita harus menghentikan segala pola hidup populer yang sudah membudaya di keluarga kita dan juga di benak anak-anak? Atau menciptakan pola hidup baru dengan memulai dan memerangi segala apa yang telah dijalani sebelumnya?
Tentu pilihannya bergantung pada diri kita semua. Tentu juga kita ingin hidup sehat, kita ingin keluarga kita sehat. Meski umur sudah ditentukan oleh sang Pencipta tetapi kita ingin hidup kita tidak menyusahkan orang lain, tidak membebani keluarga dan tidak mewariskan penyakit gula melalui pola yang kita ciptakan.
*****
Apakah semua yang manis-manis tidak boleh kita makan dan minum?
Saya pikir semua makanan memiliki manfaat untuk tubuh kita. Kita membutuhkan makanan sebagai asupan energi. Anak-anak dengan perilakunya anak-anak maka kita sebagai orang dewasa memberikan edukasi kepada mereka.
Jika jajan mereka dengan sukanya makanan yang mengandung pemanis atau memicu penyakit diabetes maka sebisa mungkin dikurangi. Ditambah lagi kebiasaan anak-anak saat ini adalah main gadget melulu dan kurang beraktivitas baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
Kondisi ini juga tentu dapat memicu penyakit diabetes. Sehingga makanan apapun yang mereka makan dan tetap mager maka juga dapat memicu penyakit diabetes.Â
Adanya ancaman penyakit diabetes bagi anak-anak maka perlu untuk memberikan edukasi kepada keluarga. Tidak kemudian kita hanya ikut alur pada budaya populer yang kita jalani saat ini, tetapi mengimbangi dengan cara hidup yang dapat membantu kita selamat dari penyakit diabetes ini.
Buat apa sehat? Tentu kita akan memaknai hidup kita ini. Sehingga dengan edukasi yang kita berikan kepada anak-anak, bukan malah menteror anak-anak kita dengan semua larangan ditujukan kepada mereka.
Edukasi yang baik kepada mereka agar tidak jajan makanan yang kurang sehat, tidak makan dengan kekenyangan berlebihan, dan juga tidak mager apalagi main gadget melulu. Jika perlu sebisa mungkin mengajak keluarga refreshing pada akhir pekan, dan menghindarkan diri kita dengan kepenatan. Sebab Stress juga dapat memicu adanya penyakit diabetes.
Saya pikir sebagai orang dewasa atau orang tua adalah dokter bagi diri sendiri dan juga dokter bagi anak-anak. Yang terakhir adalah menciptakan pola hidup sehat kepada anak-anak.
Dengan pola hidup yang sehat dan olah raga teratur tentu dapat mengeluarkan keluarga kita dari ancaman penyakit diabetes.Â
Mari menjadikan hidup kita lebih bermakna dengan tidak mudah sakit agar tidak merepotkan keluarga dan orang-orang di sekeliling kita. Dalam kehidupan yang serba ada dan serba memudahkan kita di kehidupan moderen saat ini, sekiranya sewaktu-waktu memberi jeda atas semuanya dengan cara tidak kemudian hanya ikut arus semata.
Agar kita tidak terjebak dan ikut arus. Mari memberi apa yang dibutuhkan tubuh, mari memupuk apa yang dibutuhkan anak dan keluarga kita. Diabetes hanya salah satu penyakit atas budaya kita di kehidupan moderen saat ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H