Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Interpretasi atas Fenomena Sosial; Diskursus Fenomenologi dan Hermeneutika

22 Januari 2023   11:57 Diperbarui: 22 Januari 2023   12:02 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Ricoeur, simbol membangkitkan pemikiran. Simbol memberi makna, namun makna yang diberikan tersebut adalah hal yang harus dipikirkan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa hermenutika berangkat dari symbol dan simbol berangkat dari sebuah kesaksian yang merupakan ranah pengalaman sebelum masuk ke dalam ranah teologi atau mitos. 

Simbol primer dalam hal ini adalah unsur bahasa yang harus dibedakan dengan simbol mitis. Simbol mitis lebih banyak diceritakan, menciptakan ruang bagi dimensi naratif, misal penokohan, latar tempat dan waktu di dalam fabel. Tidak semua tanda (sign) merupakan simbol. Simbol mensyaratkan intensionalitas ganda. Dalam interpretasi symbol Ricouer mencoba menepis fenomena dengan menggunakan totalitas symbol, atau lingkaran makna di luar simbol primer. Selain lingkaran symbol dan symbol asumsi symbol primer tadi, Ricouer juga menyebut di luar symbol tersebut terdapat symbol kejahatan, symbol kejahatan ini digunakan dalam menginterpretasi symbol atas karya sastra, kajian mitologi budaya  (Indraningsih, 2016).

Asumsi kedua adalah bahasa sebagai titik tolak dari hermeneuitka untuk menginterpretasi sebuah gejala atau simbol.  Simbol dan tanda, atau pesan berita yang kerap berbentuk teks tentu membutuhkan interpretasi atas adanya pengirim, penerima pesan, kurir atau perantara.  sehingga menjadikan hubungan subyek dan obyek sebagai suatu pertalian kuat dalam interpretasi teks, meski ada juga tokoh hermeneutic selain Gdamer memisahkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun