Minggu pagi sebentar lagi Senin
Kita saling berburu pagi
Kadang berburuk sangka
Namun lebih sering mengalah pada takdir
Minggu pagi menghitung hari ke Sabtu
Kembali, kita saling menunggu
Kadang berbalik arah
Namun lebih sering mencela
Musim yang tak berirama seperti musik
Kapan terakhir kali kau membuka kalender?
Tak ada namamu dalam lingkaran awal tahun Masehi, apakah kamu lupa atau dia yang sengaja
Hari ini tak ada penagih yang datang, apakah ia lupa janji atau terkena tilang di jalan
Ah mungkin saja ada lagi pohon tumbang
Minggu pagi tak pernah berbeda warna dengan seprei hadiah dari ulang tahun pernikahan kita, ia selalu terang redup tergantung cuaca buruk, padahal dulu juga redup namun dipupuk di pipih kanan hingga memerah
Hari ini hingga Senin kembali pada pagi yang terburu, kita tidak ada janji untuk kembali biar saja sandiwara ini usai dengan sendirinya, sebab ia bukan takdir yang harus diratapi, ia Selaksa almanak suci di hari Selasa depan penghulu duluÂ