Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Libur Sekolah Sebentar Lagi Usai

8 Januari 2023   07:03 Diperbarui: 8 Januari 2023   07:16 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Libur sekolah sebentar lagi usai. Target berlibur tak kunjung tercapai. Masih ada target wisata keluarga yang belum sempat dituntaskan lantaran cuaca tidak bersahabat. 

Berlibur bagi anak-anak sangatlah berarti. Berkunjung ke rumah nenek pun hanya sebatas nyanyian. Padahal di hari sekolah pertama ia akan ditanya sama ibu/bapak gurunya. Kamu liburan di mana saja nak selain berkunjung ke rumah nenek?

Apa kisahmu pada liburan semester kali ini?

Musim hujan tak bersahabat. Terkurung di rumah juga bosan, ah ada-ada saja jenis keluhan. Tetapi begitulah tabiat manusia yang terkadang sulit di ubah. Di dalam rumah, ke luar di pekarangan, ke pinggir jalan hanya ada suara Latto-Latto. Mainan anak-anak yang lagi viral itu yang bunyinya seperti na-no, na-no di Eropa sana. Entah nama dan bunyinya apa, sebagian orang tua tak perduli yang penting anak-anak mereka sedikit begeser dari gadget ke mainan latto-latto itu.

Anak-anak harusnya bagaimana di musim libur semester. Ingin liburan jauh seperti ke laut, ke pantai, ke gunung, ke kebun binatang, atau ke mal, dan lain sebagainya. 

Entah dipikiran saya masih saja terkadang menyalahkan petinggi negara kita baik itu eksekutif maupun legislatif. Soalnya di beberapa kota di Indonesia (bahkan mungkin hanya satu atau dua) memiliki tempat liburan di setiap sudut kota. Berbeda dengan di kota kami (di Sulawesi Selatan). 

Cukup banyak tempat liburan misalnya ke Kaki Gunung Bawakarang melihat hutan pinus, merasakan kesejukan yang sungguh luar biasa paling tidak menghirup udara segar sedikit meghilangkan racun-racun polusi kota. Ke kebun the di Malino Highland misalnya melihat bagaimana hamparan teh dan indahnya panorama alam kita, menjadi pembelajaran bagi anak-anak dan terekam di memori mereka. 

Tapi kedua tempat itu yakni di Malino (sebut kota Bunga yang nan indah di Selatan Kota Makassar) pun sulit digapai dengan cuaca yang tidak bersahabat yang terkadang akses jalan terputus. Ke Taman Nasional misalnya juga sangat bagus dengan tawaran panorama alam tetapi lagi-lagi selain cuaca yang tentu bukanlah wisata ramah anak di musim penghujan juga harus menyediakan banyak recehan duit karena setiap akses di sana terhitung cukup ribet. 

Setiap spot beda rupiah padahal ini kan liburan di kampung sendiri. Kembali ke kota yang saya sebut dengan pelayanan wisata ramah anak yang akan menjadi alternati wisata liburan di tengah kota. 

Misalnya di setiap sudut lapangan kota ada alun-alun yang cukup bayar parkir dua ribuan, di setiap mal ada permainan anak dengan gratis, di setiap pasar ada taman baca, di jantng kota ada taman pintar dengan berbagai fasilitas (ada gratis dan ada berbayar). 

Paling tidak terdapat layanan yang disediakan pemerintah misalnya tidak ke gunung ayo ke pantai di sana terdapat berbagai fasilitas bermain pasir sepuasnya yang dapat terhindar dari bencana (yang tak terduga). 

Selain ke pantai ayo ke kaki gunung di sana ada hamparan persawahan yang ramah bagi anak-anak sebab anak-anak bisa bermain lumpur, di sana ada ragam bibit buah, di sana ada ragam bibit sayuran bisa di beli jika mau. 

Tidak keduanya laut dan hutan gunung bisa ke mal, di sana ada kolam renang pendidikan dengan pemandunya, di mal anak-anakku ada tempat membaca ((tidak hanya toko buku). Tidak ke mal, ke hutan atau ke pantai ayo anak-anakku ke hutan kota saja di sana ada ragam permainan anak-anak (ada berbayar ada gratis), di taman kota ada sudut baca, sudut olah raga, di sana ada sudut menggambar di bawah pohon (tapi ingat nak jangan buang sampah).

“Sekiranya penulis tidak meminta semua hal gratis tetapi perlu pihak yang terkait memikirkan konsep wisata ramah anak pada liburan pendek misalnya atau hanya untuk weekend saja. Liburan sekali lagi sangat penting, jangan hanya suguhan baliho dengan tagar selamat datang calon presiden, inilah presiden kami (jangan melihat masa lalu tapi lihatlah masa depan), saya siap jadi anggota DPR RI dapil I (insya Allah bukan lagi isu luar negeri saya urusin tapi masyarakat dapil saya). Tidak di layar Hp, di pinggir jalanpun semua iklan politik yang mereka suguhkan. Pinggir jalan sedianya juga menjadi hal-hal yang ramah misalnya suguhan iklan yang ramah dan tidak memasang iklan dengan paku di pohon, mengikat di tiang listrik, menggantung foto sendiri di tengah jalan demi meraih prestis”. 

Mari memikirkan generasi, mari mencitpakan inovasi agar anak-anak mengenang sesuatu yang baik. Mari menciptakan lingkungan yag ramah anak, agar anak-anak kita bangga dengan daerah asalnya sendiri.

Alternatif liburan seperti apa yang diinginkan anak? Pada dasarnya anak-anak hanya butuh keluar sesaat dari rutinitas keseharian agar terhindar dari kepenatan, sedikit merefresh pikiran dengan rutinitas sekolah. 

Di usia pasca sekolah mereka punya pilihan hidup sendiri nantinya berdasarkan pengalaman perjalanan di usia anak-anak mereka yang tentunya didukung dengan bakat dan kemauan.

Ibu-ibu akan mulai sibuk mempersiapkan segalanya demi menghadapi semester akhir 2022/2023. Ibu-ibu dan anak-anak yang lain masih ada yang sedang merenung kenapa nilai anaknya semester lalu begitu menurun drastis. 

Sementara ada juga tipe orang tua kaget melihat nilai anaknya meningkat. Sudahlah, esok sudah sekolah mari memulai pertarungan yang baik, mari ke sekolah dengan niat yang baik Ibu (seru si anak!)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun