Di depan jalan sepulang
Di sempadang jalan ujung pandang
Dari sebuah kedai kopi yang tidak terlalu jauh
Tempat cinta lokasi diranum
Langit memerah atau jingga, ah itu hanya kedipan bintang
Berwujud sinar lampu jalan, ini sudah larut; pulanglah!
Aku tidak ingin bercinta lagi di sempadan jalan ini
Cukup! Jangan perkosa ibuku
Cukup! Cukup! Aku lahir dari perkosaanmu;
teriak seorang bocah dari tumpukan sampah
Ibunya juga mengingau, ia termangu
Sang ibu hatinya mengembang
Ibu adalah rumah dimana cinta diranun,
Rumah adalah sekelumit cerita surga dan cinta di dunia
Begitulah mimpinya, ia ingin kembali ke rumah
Tanpa tiang listrik dan kedipan lampu terang benderang
Penuh dengan roda-roda bising, membuatnya merinding
Anaknya bermimpi, ia mengingau tubuhnya menggigil
Ia ingin bocahnya berbaju jingga,
Dengan mawar merah tanpak di depan
Mawar yang memerah tanpa cahaya
Bocah itu menggelitik
Matanya memanjat ke langit
Ia dipangku ibunya yang juga bertopi merah
Hari ini ia tidak berkerudung
Mungkin saja tak mendung
Ibuku ingin bawa aku pulang ke rumah
Ke rumah mana?
Ibuku ingin menanam bunga, menanam mawar sebagai tanda duka
Tanda cinta, bukan perkosa
Di halaman mana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H