Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mawar Merah Ditanam oleh Ayah

7 April 2021   12:15 Diperbarui: 7 April 2021   12:18 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di depan jalan sepulang

Di sempadang jalan ujung pandang

Dari sebuah kedai kopi yang tidak terlalu jauh

Tempat cinta lokasi diranum

Langit memerah atau jingga, ah itu hanya kedipan bintang

Berwujud sinar lampu jalan, ini sudah larut; pulanglah!

Aku tidak ingin bercinta lagi di sempadan jalan ini

Cukup! Jangan perkosa ibuku

Cukup! Cukup! Aku lahir dari perkosaanmu;

teriak seorang bocah dari tumpukan sampah

Ibunya juga mengingau, ia termangu

Sang ibu hatinya mengembang

Ibu adalah rumah dimana cinta diranun,

Rumah adalah sekelumit cerita surga dan cinta di dunia

Begitulah mimpinya, ia ingin kembali ke rumah

Tanpa tiang listrik dan kedipan lampu terang benderang

Penuh dengan roda-roda bising, membuatnya merinding

Anaknya bermimpi, ia mengingau tubuhnya menggigil

Ia ingin bocahnya berbaju jingga,

Dengan mawar merah tanpak di depan

Mawar yang memerah tanpa cahaya

Bocah itu menggelitik

Matanya memanjat ke langit

Ia dipangku ibunya yang juga bertopi merah

Hari ini ia tidak berkerudung

Mungkin saja tak mendung

Ibuku ingin bawa aku pulang ke rumah

Ke rumah mana?

Ibuku ingin menanam bunga, menanam mawar sebagai tanda duka

Tanda cinta, bukan perkosa

Di halaman mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun