Di meja makan, tempat kita berterima kasih
menikmati sajian, berkeluh kesah
berbagi, memberi isyarat
******
Perjamuan dan Percakapan dimulai, ibu yang bertanya, berharap jawab
Namun ayah tidak memberi sepatah kata tak juga menjawab
Bagaimana kabarnya; pesan kasih sayang ini membuatku tunduk
bagaimana kuliahnya di kota; Â sebagai pembuka membuatku pura pura lupa kalau aku tak lagi kuliah.
Nak jikalau libur panjang bisa bantu ayah
Kasihan dia, sendirian di sawah
Kakak kamu sudah berpisah rumah
kebun sudah tergadai buat dia yang sudah nikah,
oh yah Kemarin tante dari saudara ayah
datang bertamu, Ia memakai baju kebaya mirip dengan baju si Salma
sepupu kamu, Sesekali bertanya tentang kabarmu,
Katanya ada lelaki dari kampung baru datang ke rumahnya,
sepertinya ingin meminang anak sulungnya
Si Salma sepupu kamu, lalu kamu bagaimana?
kini, nasehat di atas meja kembali berulah dengan kalimat tanya dan tanda seru!
membawa hatiku yang keruh
Kaki ayah di bawah meja makan menendangku
Sebagai isyarat atas jawabku, yang juga belum melagu
suara sendok kembali riuh, menolong pandangku yang lugu
Aku tak berani beradu dengan ibu, kataku
Â
Dulu semasa kecil, dongeng di bawah kelambu
Kata ayah, merayu, kini meja mekan tempat kita beradu
ingatan ibu tak layu, nadanya sedikit mendayu
******
Pintu! Tolong buka pintu
Itu pasti tante kamu, ingin menunggu jawabmu
Ibu ke kamar, ayah ke ruang tamu
Sendiri aku di meja makan, lahap tak tahu malu
*****
Ia tak menunggu jawabku
Ia ingin menagih, atas harta yang tergadai
Semoga saja ia lupa ingatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H