Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lelucon dan Mata Hati Andrea Hirata dalam "Orang-Orang Biasa"

1 Maret 2020   20:10 Diperbarui: 9 Maret 2023   16:02 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis novel Andrea Hirata dalam jumpa pers peluncuran novel Orang-orang Biasa di Diskusi Kopi, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/2019). (Foto: KOMPAS.com/DIAN REINIS KUMAMPUNG)

Beda lagi dengan novel "Orang-Orang Biasa" (2019), karya Andrea Hirata ke-10 tersebut mengajak kita meneguk liur kita sendiri sambil memikirkan bersama atas kasus tokoh, siapa gerangan menanggung keadaan menimpa tokoh? 

Orang tua, sekolah, lingkungan masyarakat, tokoh agama, polisi (komendan), atau pejabat Negara. Seperti sebuah lelucon; pertanyaan saya siapa gerangan berani memerankan tokoh Sobri (seorang penyabar). 

Saya yakin Hirata bukan pecandu kopi, alcoholic, pelamun, alay, perokok berat; melihat gaya tulisan dari "Orang-Orang Biasa" tentu sering ketawa sendiri bahkan mungkin di tempat ramai. 

Siapapun melihat dialog tokoh sebelum masuk ke inti persoalan, tema dan almanac tulisan akan tertawa dulu membayangkan Ikal, Lintang, si Kribo sekawan. Begituhalnya adegan pa Polisi mencari laporan kasus, adegan Sabri dan Sembilan tokoh lainnya. 

Diceritakan pada awal bahwa minimnya kejahatan di Belantik, membuat aparat bingung. Saya membayangkan sungai Linggang sangat dekat dengan kantor Polisi tempat para alumnus SMA berdatangan membuat surat sakti atas kejahatan kecilnya. 

Penulis pada dasarnya seperti city hunter ingin mengungkap kasus besar tidak dengan cara hukum sebab tak ada lagi warga datang melapor atas kejahatan kecil. 

Lalu tiba-tiba melompat pada kasus ke dua, begitu terpisah dengan kisah kemudian ketemu diakhir cerita dengan kelakuan konyol para tokoh dungu namun begitu nekad. 

Hal-hal tersebut menyimpan lelucon bagi penulis dan viewers serta menyerahkan kisah-kisah tersebut kepada kita semua jika rela membuka mata batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun