Mohon tunggu...
andirosliana
andirosliana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hubungan Internasional

saya andi rosliana mahasiswa hubungan internasional, yang akan memulai menulis blog saya melalui kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Meningkatkan Health Security, Strategi Penempatan Tenaga Medis di Daerah 3T Indonesia Timur

22 November 2024   22:00 Diperbarui: 22 November 2024   22:08 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan signifikan yang menghambat kemajuan sektor kesehatan Indonesia adalah distribusi tenaga medis yang tidak merata. Meskipun jumlah total tenaga kesehatan telah meningkat, disparitas distribusi mereka di berbagai daerah masih menjadi masalah kritis, khususnya di Indonesia bagian timur. 

Di antara berbagai profesi, kedokteran gigi merupakan salah satu yang paling tidak seimbang, dengan banyak daerah di Indonesia bagian timur menghadapi kekurangan dokter gigi.

Alokasi tenaga medis di Indonesia sangat penting untuk meningkatkan layanan kesehatan di seluruh wilayah. Geografi Indonesia yang luas dan beragam berperan penting dalam distribusi ini. Menurut data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan, terdapat kesenjangan yang mencolok antara Jawa dan Bali dibandingkan dengan wilayah lain, khususnya di Indonesia bagian timur, termasuk Papua, Papua Barat, dan Maluku. 

Situasi ini semakin rumit dengan masalah terkait kesejahteraan tenaga medis, yang sering kali tidak sesuai dengan beban kerja dan tantangan yang mereka hadapi di daerah terpencil. Tanpa kemajuan dalam fasilitas, kesejahteraan, dan distribusi tenaga medis yang lebih merata, upaya untuk meningkatkan layanan kesehatan di seluruh Indonesia akan menghadapi keterbatasan yang cukup besar.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2022 yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terdapat perbedaan mencolok dalam sebaran tenaga medis antara wilayah Jawa-Bali dan Indonesia Timur. 

Temuan tersebut menunjukkan bahwa Jawa dan Sumatera memiliki jumlah tenaga medis, khususnya dokter gigi, yang jauh lebih tinggi. Sebaliknya, wilayah timur mengalami kekurangan yang parah, dengan Provinsi Papua mengalami defisit dokter gigi sebesar 86,5%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 78,4% dan Maluku sebesar 77%. 

Lebih lanjut, Riset Kesehatan Dasar 2018 mengungkapkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki jumlah dokter gigi yang sangat rendah, dengan hanya 271 dokter gigi yang tersedia di 402 puskesmas untuk menangani kebutuhan kesehatan gigi dan mulut.

Di Indonesia Timur, akses terhadap layanan kesehatan menghadapi tantangan yang cukup besar karena kesenjangan ini. Situasi kesehatan masyarakat di daerah seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku mengalami kekurangan fasilitas layanan kesehatan dan tenaga medis. 

Untuk mengatasi masalah ini, Yayasan Kembara Nusa terlibat dalam aksi sosial dengan menawarkan layanan kesehatan gigi dan mulut gratis bagi penduduk Sumba. Inisiatif ini bertujuan untuk mengisi kekosongan tenaga medis di Indonesia Timur sekaligus memberikan layanan dan pendidikan penting bagi penduduk setempat.

Sejak 2019, berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jakarta, Bantul, Sumba Barat Daya, Maumere, dan Raja Ampat, telah menjadi lokasi berbagai program amal yang diselenggarakan oleh Kembara Nusa. Inisiatif ini telah mendapatkan dukungan dari banyak pihak, termasuk Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Sumba. 

Selain menawarkan layanan medis, program ini memungkinkan para relawan untuk terlibat dalam kegiatan sosial, membenamkan diri dalam budaya lokal, dan menghargai keindahan alam Sumba.

Menanggapi masalah ini, pemerintah telah memulai berbagai kebijakan, termasuk program Nusantara Sehat. Inisiatif ini berupaya untuk meningkatkan layanan kesehatan di daerah 3T dengan mengerahkan tenaga medis dari berbagai disiplin ilmu yang berkolaborasi secara efektif sebagai tim yang kohesif. Selain itu, program ini berfokus pada peningkatan fasilitas kesehatan mendasar, termasuk pusat kesehatan dan rumah sakit.

Lebih jauh, program wajib kerja bagi lulusan kesehatan sangat penting, yang mewajibkan mereka untuk mengabdi di daerah-daerah yang kekurangan tenaga medis. Prioritas peningkatan infrastruktur kesehatan sangat penting, termasuk membangun rumah sakit di lokasi yang jauh dari pusat kota. Selain itu, pemanfaatan kemajuan teknologi seperti telemedicine diperlukan untuk menawarkan konsultasi kesehatan jarak jauh bagi individu di daerah yang sulit dijangkau.

Di Indonesia Timur, beberapa daerah, termasuk Raja Ampat dan Bintuni, telah memulai pembangunan rumah sakit primer untuk meningkatkan akses kesehatan bagi penduduk yang tinggal jauh dari pusat kota. 

Tujuan dari rumah sakit ini adalah untuk menjadi solusi berkelanjutan guna meminimalkan jarak bagi individu yang mencari perawatan medis. Selain itu, dengan meningkatkan ketersediaan pusat kesehatan yang dikelola oleh dokter spesialis di Papua, diharapkan ketergantungan masyarakat terhadap rumah sakit besar yang jauh akan berkurang.

Beberapa pejabat dan tenaga medis mengungkapkan pentingnya penempatan tenaga medis yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Anhar Akib Kadar, Penjabat Bupati Raja Ampat, menyatakan, "Puskesmas yang ada di Raja Ampat belum memadai, dan kami berharap pemerintah dapat mempercepat pembangunan fasilitas kesehatan agar pelayanan dapat lebih merata." 

Sementara itu, Ir. Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI, menambahkan, "Kami mendukung penuh program yang berfokus pada distribusi tenaga medis ke daerah-daerah 3T. Ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kesejahteraan nasional dan memastikan kesehatan yang lebih merata di seluruh Indonesia."

Keberhasilan dalam mengatasi ketimpangan kesehatan di daerah 3T tidak hanya bergantung pada tindakan pemerintah tetapi masyarakat juga harus aktif terlibat dalam upaya kesehatan, terutama generasi muda. 

Orang-orang di daerah yang membutuhkan harus didorong untuk lebih banyak mengabdikan diri di daerah-daerah yang membutuhkan, sementara orang-orang di sana harus dididik tentang pentingnya hidup sehat. Keberhasilan upaya ini sangat bergantung pada keberlanjutan kebijakan pemerintah dan dukungan masyarakat.

REFRENSI :

Masih Timpangnya Distribusi Tenaga Kesehatan di Indonesia ( 2023). Retrieved from Kompas.id : https://www.kompas.id/baca/riset/2023/11/20/masih-timpangnya-distribusi-tenaga-kesehatan-di-indonesia

Sebaran Tenaga Medis di Indonesia Timur Masih Timpang (2024). Retrieved from Investor.id : https://investor.id/lifestyle/378250/sebaran-tenaga-medis-di-indonesia-timur-masih-timpang

Kementerian Kesehatan Tanggapi isu tenaga medis di daerah 3T (2023). Retrieved from Universitas Gadjah Mada: https://ugm.ac.id/id/berita/kementerian-kesehatan-tanggapi-isu-tenaga-medis-di-daerah-3t/

Raja Ampat Kekurangan Puskesmas dan Pustu (2024). Retrieved from Radio Republik Indonesia: https://rri.co.id/daerah-3t/1137665/raja-ampat-kekurangan-puskesmas-dan-pustu

Nama : Andi Rosliana (223507516027)

Dosen Pengampuh Mata Kuliah :  Gulia Ichikaya Mitzy, S.IP., M.A. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun