Mohon tunggu...
Aldo
Aldo Mohon Tunggu... Lainnya - Lulusan sarjana ekonomi dengan ketertarikan pada dunia keuangan, politik, dan olahraga

Everyone says that words can hurt. But have they ever been hurt by the deafening silence? It lingers like the awkward echo after a bad joke, leaving you wondering if you've been forgotten, ostracized, or simply become so utterly uninteresting that even crickets find your company unbearable.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mengapa Indonesia Hampir Mustahil Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia FIFA?

20 November 2024   12:30 Diperbarui: 20 November 2024   12:40 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ambisi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA telah berkali-kali terganjal, dengan sejarah panjang kegagalan dalam proses bidding. Sebagai negara yang sangat mencintai sepak bola, mimpi ini didorong oleh keinginan untuk menunjukkan gairah Indonesia di panggung dunia. Namun, kenyataannya jauh lebih keras: Indonesia masih sangat jauh dari siap untuk menghadapi tantangan besar menyelenggarakan ajang sepak bola paling bergengsi di dunia ini.

Berdasarkan pengalaman langsung saya sebagai relawan di Piala Dunia FIFA Qatar 2022 dan mengamati kelemahan Indonesia saat menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 FIFA 2023, serta merujuk pada sejarah kegagalan bidding Indonesia, kesenjangan antara ambisi dan kemampuan menjadi sangat nyata.

Rekam Jejak Gagalnya Indonesia dalam Proses Bidding

Indonesia tidak asing dengan kegagalan dalam mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA. Meskipun memiliki basis penggemar sepak bola yang besar, negara ini terus kalah dalam persaingan karena berbagai alasan.

Indonesia awalnya mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022, dengan pemenang bidding diumumkan pada 2 December 2010 bersamaan dengan tuan rumah edisi tahun 2018. Akan tetapi pada 19 Maret 2010, BBC Sport memberitakan bahwa Indonesia didiskualifikasi oleh FIFA dari pencalonan tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022. Alasannya, pemerintah Indonesia gagal memberikan jaminan dukungan yang diperlukan kepada FIFA. Hal ini menunjukkan kurangnya koordinasi antara pemerintah dan asosiasi sepak bola (PSSI), serta lemahnya komitmen politik untuk mewujudkan mimpi ini.

Indonesia kembali mengalami kegagalan dalam proses bidding untuk Piala Dunia FIFA 2034. Dalam upaya bersama dengan negara-negara ASEAN dan bahkan Australia, pencalonan ini kehilangan momentum di tengah kurangnya koordinasi regional dan infrastruktur yang memadai di beberapa negara anggota, termasuk Indonesia. Kurangnya dukungan infrastruktur, kemampuan organisasi yang terbatas, dan masalah internal dalam federasi sepak bola nasional menjadi faktor-faktor penting yang menyebabkan gagalnya Indonesia untuk menjadi tuan rumah. FIFA, yang sangat menekankan pada profesionalisme dan stabilitas, jelas memiliki alasan kuat untuk tidak memberikan hak tuan rumah kepada Indonesia. Pada tanggal 9 Oktober 2024, Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka telah menyerahkan letter of intent resmi, dan menandatangani deklarasi kepada FIFA untuk mengajukan tawaran menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2034. Pada akhirnya, setelah SAFF menyatakan niatnya untuk menawar Piala Dunia FIFA, lebih dari 100 Asosiasi Anggota FIFA dari berbagai benua telah secara terbuka berjanji mendukung negara tersebut.

Piala Dunia FIFA U-17 2023: Kegagalan Operasional yang Mengkhawatirkan

Sebagai ujian kecil sebelum potensi menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA, Indonesia sempat diberikan kesempatan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2023. Akan tetapi, FIFA resmi mencopot Indonesia pada Maret 2023 sebagai tuan rumah menyusul gelombang penolakan terhadap keikutsertaan timnas Israel. Pada Juni 2023, Indonesia ditunjuk oleh FIFA untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 FIFA 2023, menggantikan Peru yang mengundurkan diri dengan alasan prioritas anggaran yang berbeda untuk kebutuhan dalam negeri seperti pemulihan ekonomi dan bencana alam. Pada 2 Desember 2023, PSSI melalui laman resminya mengklaim bahwa FIFA memberikan apresiasi yang tinggi kepada Indonesia atas penyelenggaraan Piala Dunia FIFA U-17 2023 yang dianggap sukses. Bahkan, Presiden Jokowi mengumumkan minat Indonesia untuk bekerja sama dengan Singapura menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2025, dua hari setelah final Piala Dunia U-17 FIFA 2023. Meskipun demikian, kepercayaan diri ini tidak disambut sama sekali oleh FIFA, dengan penunjukan Qatar sebagai tuan rumah edisi turnamen FIFA junior tersebut hingga 2029 pada Maret 2024.

Jakarta International Stadium dengan Kualitas Rumput yang Jelek (Arsip Pribadi)
Jakarta International Stadium dengan Kualitas Rumput yang Jelek (Arsip Pribadi)

Piala Dunia U-17 FIFA 2023 seharusnya menjadi momen untuk menunjukkan kemampuan Indonesia. Namun, turnamen ini malah menyoroti kelemahan yang signifikan dalam infrastruktur, manajemen, dan organisasi acara, terbukti dengan kegagalan PSSI untuk meyakinkan FIFA untuk memberikan kepercayaan kembali untuk edisi lainnya. Pujian yang diberikan oleh FIFA pun sekarang bisa dibilang hanyalah sekadar apresiasi diplomatis. 

Sebagai seseorang yang menjadi bagian dari kepanitiaan Piala Dunia U-17 FIFA 2023, saya bisa melihat banyak sekali alasan FIFA tidak akan mempercayakan Indonesia kembali, setidaknya dalam jangka pendek dan menengah. Pertama, meski beberapa stadion telah direnovasi, termasuk dengan perbaikan kecil pada Jakarta International Stadium, arena tersebut masih jauh dari standar yang sebenarnya diharapkan FIFA. 

Masalah-masalah yang terlihat antara lain kualitas lapangan yang sangat buruk hingga aksesibilitas stadion yang terbatas. Sumber daya manusia yang ada juga banyak yang kurang kompeten. Penyelenggara lokal kurang profesional, dengan banyak miskomunikasi dan kekacauan logistik, hingga beberapa hari sebelum penyelenggaraan pertandingan pertama. Kontrol terhadap sponsor juga menjadi kacau karena perbedaan standar yang ditetapkan oleh PSSI dibandingkan dengan FIFA. Layanan transportasi umum juga sangat tidak efisien.

Piala Dunia Qatar 2022: Standar Emas Penyelenggaraan Acara

Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar menetapkan standar baru yang sulit ditandingi dalam penyelenggaraan acara olahraga global. Sebagai salah satu relawan di ajang tersebut, saya memiliki kesempatan untuk menyaksikan langsung betapa telitinya perencanaan dan sempurnanya pelaksanaan turnamen ini. Pengalaman ini membuka mata saya terhadap tingginya tingkat profesionalisme dan komitmen yang diperlukan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia. Setiap stadion yang digunakan di Qatar merupakan keajaiban teknik modern. Saya mempunyai kesempatan untuk mengunjungi beberapa stadion, di antaranya Lusail Stadium, Al Bayt Stadium, Stadium 974, dan Al Janoub Stadium. Stadion-stadion tersebut tidak hanya megah dengan kapasitas lebih dari 40.000, tetapi juga dirancang dengan teknologi berkelanjutan. Fasilitas seperti pendingin udara di dalam stadion memastikan kenyamanan maksimal bagi penonton dan pemain, bahkan di bawah cuaca ekstrem pada bulan November 2022.

Sistem transportasi di Qatar menjadi tulang punggung suksesnya logistik turnamen. Sistem metro yang terintegrasi, dilengkapi dengan layanan shuttle khusus, memastikan penggemar dapat bergerak dari satu stadion ke stadion lain dengan mudah. Sebagai relawan internasional dengan akomodasi terpusat pada Barahat Al Janoub di Al Wakrah dengan penugasan utama pada Al Bayt Stadium di Al Khor, saya melihat langsung bagaimana pengelolaan arus panitia dan penggemar dilakukan secara efisien dan sangat membantu dalam mobilitas yang cepat. 

Relawan-relawan juga mendapatkan pelatihan yang mendalam sebelum turnamen dimulai, mulai dari pelatihan umum yang dilaksanakan di Doha Exhibition Center (DEC) dan venue specific training di lokasi penugasan masing-masing. Saya, misalnya, diberi pemahaman detail tentang peran saya, mulai dari manajemen kerumunan hingga menghadapi skenario darurat. Semua relawan diberikan peralatan yang memadai, seperti seragam berkualitas, akses komunikasi, dan arahan tugas yang jelas. Ini memastikan tidak ada kebingungan selama acara berlangsung. Selama penyelenggaraan pertandingan, setiap relawan juga mempunyai akses terhadap Volunteer Center yang terintegrasi dengan baik, dengan makanan dan minuman yang berkualitas.

Suasana FIFA Fan Festival Menjelang Pembukaan di Al Bidda Park (Arsip Pribadi)
Suasana FIFA Fan Festival Menjelang Pembukaan di Al Bidda Park (Arsip Pribadi)

Zona penggemar di Qatar 2022 dirancang untuk menciptakan pengalaman tak terlupakan. Dengan hiburan interaktif, area makanan dari berbagai negara, dan siaran langsung pertandingan, penggemar dari seluruh dunia merasa benar-benar diterima. Sistem tiket yang efisien, didukung oleh teknologi canggih, membuat pembelian dan akses masuk stadion menjadi sangat lancar. Pemerintah Qatar mempekerjakan sekitar 50.000 personel keamanan termasuk departemen kepolisian dan pasukan militer dari setidaknya 13 negara, termasuk Polandia, Jerman, Prancis, Kuwait, Yordania, Italia, Palestina, Spanyol, Pakistan, Turki, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Inggris. Hal ini memberikan keamanan yang benar-benar terasa selama satu bulan penyelenggaraan Piala Dunia FIFA Qatar 2022. Sebagai relawan, saya bekerja dengan individu dari berbagai negara dan latar belakang budaya. Koordinasi antarbudaya ini tidak hanya memperluas wawasan saya tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang harmonis. Penggemar juga merasakan keramahan luar biasa dari warga lokal dan relawan, menciptakan suasana yang inklusif.

Thank You Party yang Diperuntukkan Bagi Relawan dan Turut Dihadiri Presiden FIFA (Arsip Pribadi)
Thank You Party yang Diperuntukkan Bagi Relawan dan Turut Dihadiri Presiden FIFA (Arsip Pribadi)

Mengapa Indonesia Tidak Siap untuk Piala Dunia FIFA, Setidaknya Saat Ini?

Kegagalan untuk memberikan dukungan pemerintah yang diperlukan selama bidding sebelumnya menunjukkan kelemahan dalam sistem politik dan birokrasi di Indonesia. Meskipun masalah ini akhirnya diselesaikan dengan pemberian dukungan pemerintah pusat pada Piala Dunia U-17 FIFA 2023, kemungkinan FIFA akan memberikan kepercayaan kepada Indonesia tetap masih kecil, mengingat kebijakan politik internasional Indonesia juga masih rentan dengan tidak adanya pengakuan terhadap Israel.

Stadion modern dengan fasilitas canggih telah menjadi keharusan dalam Piala Dunia FIFA pada abad ke-21. Sayangnya, infrastruktur olahraga dan transportasi Indonesia masih jauh dari standar tersebut. Masalah internal di PSSI yang sering terjadi dan sarat akan konflik kepentingan, termasuk kurangnya transparansi dalam pengelolaan keuangan, telah mencoreng reputasi Indonesia di mata FIFA sejak lama. Tragedi Kanjuruhan 2022 juga menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki masalah besar dalam manajemen kerumunan dan keselamatan stadion. Hal ini tentu akan selalu menjadi sorotan serius bagi FIFA. Harga tiket selama Piala Dunia U-17 FIFA 2023 masih menimbulkan kritik karena tidak terjangkau bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun Indonesia menjadi basis penggemar sepakbola terbesar di dunia, rendahnya daya beli masih menjadi isu, berpotensi menggagalkan kesuksesan acara sepak bola di Indonesia.

Jika Indonesia serius untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA di masa depan, tentu transformasi besar dan jangka panjang perlu dilakukan. Dengan tradisi FIFA yang tidak akan memberikan hak tuan rumah kepada negara dari federasi kontinental yang sama setidaknya dalam dua edisi berikutnya, Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk berjuang menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2046 atau lebih dari 22 tahun dari sekarang. Indonesia masih mempunyai waktu yang lebih dari cukup untuk meningkatkan kualitas infrastruktur utama dan pendukung, reformasi birokrasi dan manajemen PSSI, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, memastikan keamanan dan keselamatan dalam acara besar, serta tentunya memastikan daya beli masyarakat yang cukup untuk melibatkan masyarakat Indonesia dalam turnamen FIFA terbesar ini. Menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA merupakan mimpi besar, tetapi mimpi ini membutuhkan kerja keras, investasi, dan reformasi menyeluruh. Tanpa langkah konkret dan komitmen nyata, ambisi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA akan tetap menjadi mimpi kosong yang sulit terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun