Pada masa jabatan kedua, Trump kemungkinan akan menuntut kepatuhan yang lebih ketat terhadap komitmen finansial dari sekutu NATO, menggeser aliansi ini menuju model pendanaan yang lebih adil. Penyeimbangan ulang ini akan mengurangi tekanan pada pembayar pajak AS sekaligus memastikan bahwa NATO tetap efektif dan kredibel.
Masa jabatan pertama Trump ditandai dengan pengurangan signifikan dalam pengerahan pasukan AS, termasuk penarikan pasukan dari Irak dan Afghanistan. Masa jabatan kedua kemungkinan akan melanjutkan lintasan ini, berfokus pada pelepasan militer dari konflik berkepanjangan. Dengan mengalihkan sumber daya dari intervensi militer ke prioritas domestik, Trump bertujuan untuk menunjukkan bahwa perdamaian dan kekuatan dapat berjalan beriringan.Â
Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah lama menjadi kendaraan untuk kerja sama multilateral bagi AS sering mendapatkan kritik dari Trump terkait dengan efisiensi dan ketergantungan institusi ini pada pendanaan AS. Sebagai kontributor terbesar, AS menyumbang 22% dari anggaran umum PBB dan hampir 27% dari dana penjaga perdamaian. Masa jabatan kedua Trump dapat merestrukturisasi partisipasi AS, mendorong negara-negara lain untuk berbagi beban finansial dan operasional secara lebih adil.
Membangun Kembali Kedaulatan Ekonomi AS
Pusat dari visi Trump juga mencakup kebangkitan kembali sektor manufaktur dan industri AS. Dengan menerapkan langkah-langkah proteksionis dan insentif ekonomi, ia berupaya untuk mengembalikan AS sebagai kekuatan industri yang mandiri.Â
Masa jabatan pertama Trump ditandai dengan penerapan tarif pada barang-barang Tiongkok, yang mengurangi defisit perdagangan AS-Tiongkok sebesar 17,6% pada 2019. Masa jabatan kedua kemungkinan akan memperluas langkah-langkah ini, menargetkan industri-industri yang penting bagi keamanan nasional dan ketahanan ekonomi, seperti semikonduktor, mesin, dan farmasi.Â
Tarif tinggi saja mungkin tidak cukup untuk membawa perusahaan kembali ke tanah AS. Oleh karena itu, rencana Trump juga mencakup insentif pajak yang besar bagi perusahaan yang merelokasi operasi mereka ke dalam negeri. Insentif-insentif ini dapat memacu penciptaan lapangan kerja, meningkatkan ekonomi lokal, dan mengurangi ketergantungan pada rantai pasok asing, terutama di sektor-sektor kritis seperti teknologi energi hijau dan manufaktur canggih.Â
Kebijakan energi Trump kemungkinan akan kembali berfokus pada produksi domestik bahan bakar fosil, termasuk batu bara, minyak, dan gas alam. Namun, masa jabatan kedua juga dapat melihat penerimaan pragmatis terhadap energi nuklir dan teknologi terbarukan, memastikan bahwa campuran energi Amerika tetap beragam dan andal.