Memaksimalkan Infrastruktur: Warisan yang Melampaui Piala Dunia dan Qatar
Komitmen Qatar untuk memanfaatkan infrastruktur Piala Dunia juga melampaui sektor pariwisata. Dengan menyelenggarakan Piala Asia AFC 2023 dan Piala Asia U23 AFC 2024, Qatar ingin memantapkan posisinya sebagai pusat olahraga terkemuka di kawasan tersebut. Turnamen ini diharapkan dapat menghasilkan aliran pendapatan tambahan dari penjualan tiket, sponsor, dan pariwisata. Lebih penting lagi, turnamen-turnamen tersebut memberikan kesempatan untuk menguji dan menyempurnakan prosedur operasional di dalam stadion yang baru dibangun. Pemanfaatan terus-menerus ini tidak hanya memaksimalkan pengembalian investasi tetapi juga memposisikan Qatar sebagai tuan rumah idea untuk acara olahraga yang lebih besar di masa depan, seperti Olimpiade.
Meskipun demikian, menjadi tuan rumah Piala Dunia juga menghadirkan tantangan baru bagi Qatar. Pesatnya pembangunan menimbulkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan. Qatar telah mengatasinya dengan memasukkan praktik berkelanjutan dalam proyek konstruksi dan mempromosikan penggunaan transportasi umum. Masuknya tenaga kerja dalam jumlah besar untuk proyek konstruksi menimbulkan tantangan sosial, termasuk masalah akomodasi dan integrasi budaya. Qatar telah berupaya meningkatkan akomodasi pekerja dan fasilitas kesehatan. Ke depannya, Qatar perlu fokus untuk mempertahankan momentum investasi, mendorong inovasi, dan membangun masa depan yang berkelanjutan. Sementara Piala Dunia menjadi katalis untuk investasi, mempertahankan momentum ini sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Investasi berkelanjutan dalam pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan diversifikasi ekonomi di luar hidrokarbon sangatlah penting. Ekonomi berbasis pengetahuan perlu menjadi kunci untuk kesuksesan jangka panjang. Qatar dapat memanfaatkan pengalaman Piala Dunia untuk menarik talenta dan mendorong inovasi di berbagai sektor. Memastikan keberlanjutan jangka panjang dari infrastruktur yang dibangun untuk Piala Dunia sangat penting. Mengalihfungsikan stadion untuk penggunaan lain dan mempromosikan praktik ramah lingkungan sangat penting untuk masa depan yang berkelanjutan.
Menginspirasi Indonesia: Menggunakan Qatar sebagai Pusat Pengetahuan
Indonesia dianggap berhasil menjadi tuan rumah Asian Games 2018, yang diselenggarakan di dua kota: Jakarta dan Palembang. Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani pernah menyatakan bahwa penyelenggaraan acara ini dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015-2018 sebesar Rp8,2 triliun. Sebagai gantinya menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), selama bulan penyelenggaraan Asian Games 2018, wisatawan domestik dan asing membelanjakan Rp3,7 triliun.Â
Selain itu, DKI Jakarta sebagai salah satu provinsi yang menjadi tuan rumah memperoleh peningkatan 408.400 pengunjung dari luar DKI Jakarta dan dampak ekonomi langsung yang diperkirakan mencapai Rp22,0 triliun, dengan total investasi konstruksi Rp13,7 triliun. Hal ini menyebabkan peningkatan 5,76% wisatawan mancanegara dan peningkatan 1,42% wisatawan domestik.Â
Dampak ekonomi tidak langsung juga meningkatkan PDB Jakarta sebesar 0,34%, menambah Rp6 triliun untuk konsumsi rumah tangga. Turnamen ini juga menciptakan 57.300 peluang kerja selama 2015-2019 dan berkontribusi tambahan Rp40,6 triliun terhadap ekonomi DKI Jakarta. Di Sumatera Selatan, dampak ekonomi langsung mencapai Rp 18,5 triliun, dengan 175.029 wisatawan tambahan mengunjungi Palembang, yang menyebabkan peningkatan 68,69% wisatawan mancanegara di Palembang. Selain itu, turnamen ini meningkatkan PDB Sumatera Selatan sebesar 0,47% (Rp1,4 triliun) dan menambah Rp11,1 triliun keluaran ekonominya. Peluang kerja meningkat sebanyak 51.500 selama 2015-2019. Sektor yang berkembang pesat termasuk rekreasi dan hiburan (34,92%) dan hotel (7,57%).
Pengalaman Indonesia ini mencerminkan beberapa tantangan dan peluang yang juga dihadapi Qatar. Sama seperti Qatar, Indonesia mengalami peningkatan ekonomi yang signifikan dari Asian Games. Masuknya atlet, ofisial, turis, dan personel media meningkatkan pengeluaran di sektor-sektor seperti perhotelan, transportasi, dan ritel. Selain itu, pembangunan proyek infrastruktur baru menciptakan lapangan kerja dan menstimulasi aktivitas ekonomi.Â
Jakarta dan Palembang, seperti Doha dan kota lainnya, mengalami penambahan infrastruktur yang signifikan sebagai persiapan untuk turnamen internasional yang diselenggarakan, termasuk pembangunan fasilitas olahraga baru, jaringan transportasi, dan pilihan akomodasi. Indonesia, yang masih bergantung pada ekstraksi sumber daya alam, mendambakan ekonomi yang lebih terdiversifikasi. Sama seperti Qatar dengan Piala Dunia, Asian Games dengan janji turis berbondong-bondong dan perhatian internasional telah menjadi salah satu tiket emas Indonesia dalam mengembangkan ekonominya dari pariwisata.Â
Asian Games dan Piala Dunia bukan hanya pesta bagi atlet dan penonton - tetapi juga mesin penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat umum. Dari pekerja konstruksi yang membangun stadion hingga pedagang yang menjual suvenir, acara ini menghasilkan ribuan peluang baru. Rempah ekonomi ini membantu memasukkan lebih banyak uang ke kantong masyarakat dan mendorong pertumbuhan keseluruhan. Pesta Asian Games Indonesia dan perjalanan transformasi Qatar dengan Piala Dunia menawarkan pelajaran berharga sebagai persiapan menjadi calon tuan rumah acara besar lainnya di masa depan untuk kedua negara, terutama Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H